Rabu, 22 Desember 2010

Benarkah Sedna Planet Kesepuluh?

Winny Liliawati (Pendidikan Fisika FPMIPA UPI) 
 
      TATA surya adalah suatu sistem dengan Matahari sebagai pusat dan dikelilingi planet-planet dan benda-benda antarplanet seperti komet, asteroid dan meteoroid. Kita telah mengenal ada sembilan planet yang mengelilingi Matahari dari yang terdekat dari Matahari yaitu Merkuris, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
       Planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus dapat kita lihat dengan mata telanjang (tanpa menggunakan teleskop), karena ukuran dan jaraknya dari bumi masih dalam jangkauan penglihatan. Planet tersebut tampak bersinar di langit. Para astronom telah mempelajari kelima planet tersebut selama ribuan tahun.
Setelah penemuan teleskop, ketiga planet lainnya ditemukan. Herschel menemukan Uranus pada 13 Maret 1781 di malam hari. Neptunus ditemukan berdasarkan perhitungan Jhon Couch Adams dan Le Verrier dan dilihat pertama kali di langit pada tanggal 23 September 1846 oleh Johann G. Galle (1812 - 1910), asisten kepala observatorium Berlin.
       Pluto ditemukan berdasarkan perhitungan ahli matematika, Percival Lowell, dan dilihat pertama kali di langit oleh Clyde W. Tombaugh pada tanggal 13 Maret 1930. Mereka berdua bekerja di observatorium Lowell, Arizona, AS. Setelah penemuan Pluto, para astronom berusaha untuk mencari planet kesepuluh. 

Planet kesepuluh
 
      Para astronom yang terdiri dari Mike Brown (Caltech), Chad Trujillo (observatorium Gemini) dan David Rabinowitz (Universitas Yale) dengan menggunakan teleskop Samuel Oschin di observatorium Palomar, San Diego, telah berhasil menemukan planet kesepuluh yang diberi nama 2003 VB12 atau yang dikenal dengan nama Sedna. Temuan mereka terjadi pada tanggal 14 November 2003.
      Penamaan Sedna mengambil nama Dewi Samudra bangsa Inuit. Tetapi sampai sekarang ini, beberapa astronom masih memperdebatkan apakah Sedna merupakan suatu planet ataukah sebagai suatu asteroid atau komet dengan mempertimbangkan ukuran dan orbitnya. Kejadian sama terjadi ketika pertama kali ditemukan Planet Pluto. Dahulu para astronom memperdebatkannya. Bahkan hingga kini masih ada menganggap Pluto bukan planet tapi asteroid, meski ada pula yang berpendapat Pluto sebagai planet kesembilan.
Begitu pula dengan "nasib" planet Sedna. Beberapa astronom menganggap, Sedna adalah planet yang kesepuluh, di pihak lain ada yang berpendapat Sedna bukan suatu planet, tetapi planetoid. Perdebatan itu berlangsung sampai sekarang. Kita tunggu saja informasi selanjutnya mengenai Sedna, sehingga tidak menjadi konflik yang berkepanjangan antara para astronom seperti yang dialami ketika pertama kali Pluto ditemukan.
Dengan menggunakan teleskop ruang angkasa Spitzer Space Telescope, diketahui Sedna berada di awan Oort. Tepatnya berjarak tiga kali jarak Pluto ke matahari, yaitu sekira 17 miliar km (90 AU). Karena jaraknya yang jauh dari Matahari, permukaan Sedna memiliki temperatur minus 400 derajat Fahrenheit (-240 derajat Celsius). Diameter Sedna hampir sama dengan diameter Pluto dan kemungkinan menurut astronom bisa lebih besar yaitu sekira 1.180 - 2.360 km (730 - 1.470 mil).
        Untuk dapat melihat Sedna diperlukan teropong dengan diameter dan panjang fokus yang besar serta dengan CCD yang beresolusi tinggi. Sayangnya Indonesia tidak dapat melihat Sedna karena keterbatasan alat yang dimiliki. Posisi Sedna berada di arah Selatan-Barat (Barat Daya), di dekat Planet Mars dan Venus dengan magnitudo 20,5 dengan menggunakan filter R, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Tidak sepaham
Meski ada perbedaan anggapan terhadap Sedna, para astronom berpendapat sama, Sedna merupakan anggota tata surya kita. Hal ini dapat ditunjukkan dari orbitnya yang mengelilingi Matahari. Selain itu, jaraknya yang relatif dekat dengan Matahari dibanding dengan jarak bintang terdekat yaitu Alpha Century sekira 4,4 tahun cahaya (41,6 triliun km). Tetapi apakah Sedna merupakan planet, ini masih diperdebatkan sampai sekarang ini.
Ada sekelompok astronom mendefinisikan planet sebagai benda langit yang bergerak mengelilingi matahari. Kalau mengacu definisi tersebut berarti planet yang dikenal sekarang ini bukan sembilan planet saja, tapi lebih dari ratusan planet. Ada juga yang berpendapat, benda langit dikatakan sebagai planet kalau massa benda tersebut lebih massive (padat) dibanding dengan dengan massa total benda-benda langit di sekitarnya dalam orbit yang sama. Contohnya bulan atau satelit yang memiliki orbit yang sama dengan orbit bumi mengelilingi Matahari. Karena Bumi lebih massive dibandingkan Bulan, maka bulan bukanlah suatu planet.
         Begitu pula dengan Pluto yang berada di daerah Kuiper Belt. Massa Pluto dibandingkan dengan massa total benda-benda langit di daerah tersebut lebih kecil, sehingga Pluto bukan disebut planet. Kalau kita mengacu dengan definisi ini berarti hanya ada delapan planet yang telah ditemukan sampai sekarang.
Ketidakseragaman pendapat para astronom mengenai definisi dari planet menimbulkan perdebatan, apakah Sedna termasuk ke dalam planet atau bukan? Saran penulis, tetapkan secara universal mengenai definisi planet, sehingga tidak terjadi perbedaan definisi di antara para astronom.
        Jika ditinjau dari komposisi kimia, Sedna terdiri dari es beku, metana beku, dan lain sebagainya. Komposisi ini sama halnya dengan komposisi yang dimiliki planet. Di sisi lain, Sedna tampak berwarna merah seperti planet Mars. Hal ini membingungkan astronom, apakah komposisi kimianya sama dengan Mars?
Sedna juga terdiri dari es beku, yang merupakan komposisi kimia yang dimiliki oleh komet. Tapi Sedna bukanlah komet, karena komet akan mengembuskan gas yang berpijar jika mendekati Matahari dan tampak dari Bumi seperti ekor. Sedna ternyata tidak demikian walaupun orbitnya hampir sama dengan komet. Lantas bagaimana dengan asteroid. Apakah Sedna adalah asteroid? Jelas bukan, karena periode orbit Sedna normal dan teratur dibandingkan dengan asteroid.
       Jika bukan komet atau asteroid, berarti Sedna adalah planet? Namun jika menilik ukuran yang kecil, Sedna bukanlah planet. Demikian pula bila ditinjau dari orbitnya yang sangat lonjong dan tidak sama dengan orbit planet umumnya. Sementara bila ditinjau dari ukuran, komposisi kimia dan orbit dari Sedna, maka Sedna cenderung memiliki sifat ke arah yang sama dengan komet. Mungkin karena jarak perihelion-nya yang sangat jauh (76 kali jarak Bumi-Matahari), maka Sedna tidak tampak berekornya. Tapi untuk menyimpulkan Sedna adalah komet perlu informasi lebih lanjut. Sedna merupakan suatu planet adalah kesimpulan yang terlalu dini.
Kita tunggu saja informasi selanjutnya dari teleskop-teleskop ruang angkasa yang dikirim oleh negara-negara adidaya, sehingga membuka pandangan para astronom lebih jauh untuk menyimpulkan apakah Sedna adalah planet atau bukan.***
Sumber : Pikiran Rakyat (29 April 2004)

Jumat, 10 Desember 2010

mata kuliah fisika

Keberpasangan: dari Teori Fisika, Ayat Al Quran dan Alkitab [2]

Perseteruan
              Dalam abad 20, terjadi perseteruan hebat antara Fisika Relativitas dan Fisika Kuantum. Pada akhir Oktober 1927, atas prakarsa pengusaha sabun kaya raya, Ernst Solway, pertama kali diselenggarakan pertemuan paling penting dalam sejarah sains modern. Pertemuan ini terkenal dengan sebutan Konferensi Solway, bertempat di Hotel Metropole, Brussel, Belgia. Pertemuan pertama ini menjadi sangat terkenal lantaran terjadi perseteruan antara dua pemikir garis depan, Niels Bohr dan Albert Einstein. Perseteruan tersebut dipicu oleh pengumuman Bohr tentang tafsirannya terhadap Teori Kuantum, yang kemudian terkenal dengan sebutan Aliran Kopenhagen.
Aliran Kopenhagen memperkenalkan dua prinsip paling mendasar dalam fisika, yakni Prinsip Saling Melengkapi (dalam kaitannya dengan konsep materi) dan Prinsip Ketidakpastian (dalam kaitannya dengan konsep ruang-waktu). Masalahnya timbul manakala Einstein secara terbuka menyatakan ketidaksetujuannya terhadap Prinsip Ketidakpastian, yang diyakini sebagai pengganti Prinsip Sebab-Akibat. Setiap jamuan teh sore hari, Einstein selalu menyerang prinsip-prinsip Bohr. Ia merancang berbagai percobaan pikiran untuk menemukan berbagai kontradiksi dalam prinsip tersebut. Namun selalu saja Bohr mampu menemukan kelemahan konsep Einstein dan  mementahkannya.
Pada konferensi selanjutnya, tahun 1930, Einstein mengajukan apa yang disebutnya sebagai paradoks kotak cahaya, yang dirancang untuk menggugurkan ketidakpastian. Ia mengambarkan kotak penuh cahaya dan menganggap energi foton dan waktu pancarannya bisa ditentukan secara pasti. Waktu dan energi adalah sepasang variabel yang memenuhi Prinsip Ketidakpastian. Caranya kotak ditimbang terlebih dahulu. Dengan pengatur cahaya yang dijalankan jam di dalam kotak, satu foton dipancarkan. Lalu kotak tersebut ditimbang lagi untuk mengetahui massanya. Kalau perubahan massanya diketahui, maka energi foton dapat dihitung dengan persamaan E=mc2. Perubahan energi diketahui dengan tepat, begitu juga waktu pancaran fotonnya, sehingga gugurlah Prinsip Ketidakpastian.
Percobaan pikiran ini membuat Bohr kelimpungan. Semalam suntuk ia mencari kelemahan hujah Einstein. Pagi harinya Bohr menggambarkan kotak cahaya. Dengan gigih, ia mematahkan argumen Einstein: “Ketika foton dipancarkan terjadi sentakan yang menyebabkan ketidakpastian posisi jam dalam medan gravitasi bumi. Ini menyebabkan semacam ketidakpastian pencatatan waktu berdasarkan asumsi Teori Relativitas Umum”.
Einstein sejauh itu kalah dalam berbagai adu argumentasi dengan Bohr. Namun perseteruan berlanjut hingga tahun 1935, ketika ia menetap di Amerika Serikat dan menjadi guru besar di Institute for Advanced Study, Princeton. Einstein mengajukan paradoks yang sampai sekarang masih diperdebatkan. Bersama dua kolega mudanya, Boris Podolsky dan Nathan Rosen, ia mengajukan masalah yang terkenal dengan sebutan Paradoks EPR (Einstein-Podolsky-Rosen) untuk meruntuhkan Prinsip Ketidakpastian.
Kalau ada sepasang partikel, misalnya A dan B, dalam keadaan tunggal atau kedua spinnya saling meniadakan (berpasangan). Keduanya bergerak saling menjauh dalam arah tertentu. Suatu ketika spin A ditemukan dalam keadaan ‘atas’. Karena kedua spin harus saling meniadakan, maka dalam arah yang sama spin B harus dalam keadaan ‘bawah’. Fisika klasik sama sekali tidak mempersoalkan hal ini. Cukup disimpulkan bahwa spin B harus selalu ‘bawah’ sejak pemisahan. Masalahnya mulai tampak manakala Aliran Kopenhagen memperlakukan spin A selalu tak pasti sampai ia diukur dan harus mempengaruhi B seketika itu juga, yaitu mengatur agar spin B berpasangan dengannya. Ini berarti ada aksi pada jarak atau komunikasi yang lebih cepat dari kecepatan cahaya, yang tidak bisa diterima. Einstein dan para koleganya mengusulkan apa yang disebut Prinsip Lokalitas sebagai jalan tengah paradoks ini, sehingga ia mengartikannya sebagai kealpaan Aliran Kopenhagen. Kalau sistem tersebut dipisahkan satu sama lain, pengukuran yang satu tentu tidak akan berpengaruh terhadap yang lain. “Jangan pernah lupakan Teori Relativitas Khusus saya: tidak ada yang lebih cepat dari cahaya”, demikian Einstein menegaskan.
Meskipun demikian, Bohr tetap tidak setuju terhadap konsep pemisahan tersebut. Ia segera mengingatkan Einstein dan semua penyokong sains bahwa mazhabnya selalu menegaskan bahwa mekanika kuantum sangat tidak memperbolehkan pemisahan antara pengamat dan yang diamati. Dua elektron dan pengamat adalah bagian dari satu sistem yang utuh. Jadi, percobaan EPR, menurut dia, tidak membuktikan ketidaklengkapan Teori Kuantum. “Sangat naif anggapan bahwa sistem atom dapat dipisah-pisah. Sekali dikaitkan, sistem atom tak akan pernah terpisahkan”, demikian Bohr menegaskan.3
Dalam pengamatan-pengamatan selanjutnya didapatkan bahwa Prinsip Ketidakpastian berlaku dalam dunia skala kecil dan dapat diabaikan dalam dunia skala besar. Sebaliknya, sebab-akibat berlaku dalam dunia skala besar dan dapat diabaikan dalam dunia skala kecil. Pola yang sangat teratur itu memperlihatkan adanya relasi keberpasangan. Bahwa sebab-akibat maupun ketidakpastian bukanlah dua hal yang saling mengalahkan satu sama lain. Mereka berlaku kedua-duanya, berdampingan, dan sederajat, sebagai sebuah keberpasangan. Alat ukur fisikawan yang tidak bisa lebih halus lagi dari gelombang elektromagnetik menyebabkan usikan-usikan terhadap objek pengamatan. Bagi objek-objek halus seperti elektron, usikan itu akan sangat mengganggu ketelitian pangukuran, sedangkan bagi objek-objek yang kasat mata seperti bola, meja, bintang, planet, dan sebagainya, usikan-usikan itu tidaklah berarti. Maka diyakini bahwa pengaruh ketidakpastian sangat kuat dalam dunia partikel subatomik dan diabaikan dalam dunia skala besar, sedangkan pengaruh sebab-akibat Newton dapat diamati dalam dunia skala besar bintang dan diabaikan pada dunia partikel subatomik.
Selain kasus-kasus di atas, mestinya masih banyak kasus keberpasangan lain dalam fisika. Kasus-kasus di atas ditemukan setelah konsep-konsepnya mapan. Kalau prosesnya diperluas, yakni mengintegrasikan keberpasangan dalam konsep-konsep yang belum mapan secara eksperimen, misalnya Teori Supersimetri dan Superstring, kita akan mendapatkan yang lebih banyak lagi. Tapi apakah kita bisa melakukannya?
Di Alkitab
Sekedar informasi, pada tanggal 17 November 2008, saya menemukan ayat-ayat dalam Alkitab yang menjelaskan secara eksplisit (meskipun tidak seeksplisit Alquran) mengenai keberpasangan:
“Di sana ular pohon bersarang dan bertelur, mengeram sampai telurnya menetas, burung-burung berdendang saja berkumpul di sana, masing-masing dengan pasangannya. Carilah di dalam kitab Tuhan dan bacalah: satu pun dari semua makhluk itu tidak ada yang ketinggalan dan yang satu tidak kehilangan yang lain, sebab begitulah perintah yang keluar dari mulut Tuhan, dan Roh Tuhan sendiri telah mengumpulkan mereka (Yesaya 34:15-16)”.
Disarikan dari:
1Tafsir Al-Mishbah (Quraisy Shihab)
2Seri Mengenal dan Memahami Einstein (Joseph Schwartz dan Michael
McGuinness)
3Seri Mengenal dan Memahami Teori Kuantum (JP. McEvoy dan Oscar Zarate)
Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Alam Gaib dari Sudut Pandang Fisika Teori


            SETELAH ruang ada lagi ruang. Panjang, lebar dan tinggi, tiga dimensi yang membentuk ruang. Jika ditambah dengan satu satuan lagi maka akan terbentuk dimensi keempat. Dimensi ”gaib” ini dipercaya eksistensinya oleh para pakar fisika teori. Mereka menyebutnya hyperspace atau hiperspasial.
Ada juga yang menyebut dimensi keempat ini sebagai dimensi kelima. Ini karena waktu dianggap sebagai dimensi keempat dalam realita hidup ini. Namun waktu sejauh ini bersifat linier atau berada pada garis lurus yang tidak akan pernah kembali lagi. Waktu pun tidak membentuk ruang baru yang bisa ditempati oleh entitas yang memiliki dimensi (tiga saja tentunya).
Hiperspasial ini sudah sejak abad 19 dibicarakan para pemikir fisika. Baru pada abad 20 pendapat berbobot mengenai ini dikemukakan oleh ahli matematika Prusia, Theodore Kaluza. Pada tahun 1919, Kaluza menulis surat kepada Albert Einstein yang mengungkapkan bahwa seharusnya ada dimensi keempat. Ia memberi alasan bahwa gravitasi dan radiasi gelombang elektromagnetik merupakan manifestasi yang sama dari suatu entitas ke ruangan yang sama. Baru tiga tahun kemudian Einstein membalas surat Kaluza itu dengan persetujuannya.
Bukti
Bagi masyarakat awam, di luar Einstein dan kawan-kawannya, lebih mudah mengadaptasi konsep gaib dibandingkan teori fisika yang rumit. Kita hanya akan mengamini saja ”alam gaib” dimensi keempat itu, cukup hanya percaya bahwa alam itu ada dan tidak terlihat.
Para pemikir pun setuju bahwa dimensi keempat tidak bisa dilihat oleh kita yang berada dalam tiga dimensi. Ini dijelaskan mereka melalui pengandaian keberadaan kita dalam suatu dimensi. Jika Anda adalah titik dalam suatu garis maka Anda hanya bisa bergerak dari satu ujung garis ke ujung lainnya. Jadi kesadaran Anda mengatakan hanya ada dua titik ekstrem dalam dunia Anda. Begitu pula jika Anda berada dalam dunia dua dimensi, panjang dan lebar. Sebagai titik, Anda bisa bergerak ke luar, ke daerah lebar dan dari sana Anda bisa melihat dimensi pertama yakni garis panjang tadi.
Begitu pula jika berada dalam tiga dimensi di mana terdapat panjang, lebar dan tinggi. Dari dimensi itu suatu titik bisa bergerak ke berbagai arah dan mengamati satu dimensi, dan juga dua dimensi serta menyadari adanya tiga dimensi. Ia bisa melihat bentuk garis, bentuk bidang datar dan bentuk piramida atau kubus. Ini seperti manusia berada dalam ruang dan melihat benda-benda lain, serta bergerak untuk mendapatkan perspektif yang berbeda.
Bagi para pakar teori fisika ini sudah bukti yang cukup. Titik dalam garis yang hanya menyadari adanya dua ekstrem bukanlah bukti bahwa batasan dunianya hanya garis saja. Titik dalam bidang datar bukan berarti dunianya hanya panjang dan lebar. Begitu pula kita yang berada dalam tiga dimensi, bukan berarti tidak ada dimensi keempat.
Itulah mengapa gravitasi dan gelombang elektromagnetik, suatu entitas yang ada dan bergerak di berbagai lokasi ruang, merupakan bukti. Sumber dan sebab gravitasi dan gelombang elektromagnetik belum diketahui dalam realita ruang tiga dimensi yang dikenal sekarang.
Titik pengandaian kita tadi yang berada dalam tiga dimensi bisa bergerak ke dalam dua dimensi dan ke dalam satu dimensi, titik kita itu bisa menjadi bagian dari bidang datar atau dari garis lurus. Kita, manusia yang berada dalam ruang tiga dimensi bisa merangkai diri menjadi garis atau bidang datar. Jadi suatu entitas yang berada dalam empat dimensi tentu bisa bergerak ke tiga dimensi, atau ke dimensi yang lebih rendah. Itulah gelombang elektromagnetik dan gravitasi yang diajukan Theodore Kaluza pada Albert Einstein.
Gurame Gila
Dr. Michio Kaku, profesor fisika teori pada City University di New York memiliki penjelasan ikan gurame terhadap hiperspasial. Michio Kaku lulus summa cum laude dalam ilmu fisika dari Harvard pada tahun 1968 dan mendapatkan doktornya dari Berkeley University tahun 1972. Buku teks untuk tingkat S3 karangannya menjadi bacaan wajib pada laboratorium fisika berbagai universitas.
Michio Kaku mengandaikan, jika seekor gurame dalam kolam menjadi ilmuwan dan dia mulai berteori tentang dunia langit di atas dunia air maka tentu saja si gurame ini akan dibilang gila. Namun ketika hujan turun akan ada lingkaran gelombang akibat tetes air yang bisa disaksikan dari dalam kolam, dunianya para gurame.
Inilah jalan untuk pembuktian teori dunia langit atau dimensi di luar dunia yang mereka lihat itu. Dalam dunia manusia, menurut Dr. Michio Kaku, sinar dan gravitasi merupakan lingkaran gelombang yang berasal dari dimensi keempat yang bisa kita buktikan keberadaanya di dimensi kita.
Seperti apa bentuk hiperspasial masih menjadi perdebatan para pemikirnya. Pada tahun 1926 ahli matematika Swedia, Oskar Klein mengajukan jawaban pragmatis. Menurut dia dimensi keempat ini bentuknya sangat kecil hingga tidak terdeteksi oleh manusia. Gabungan unit keruangan seperti itu disebut botol Kaluza-Klein dan menjadi dasar dari wacana mutakhir yang disebut Teori Benang.
Bayangkan seekor semut hidup di atas benang. Ia hanya akan mengetahui dunianya di depan dan belakangnya saja. Jika melihat benang ini secara rinci maka akan terlihat bagian benang yang menggulung. Di dalamnya terdapat ruang yang tidak akan disadari oleh si semut. Ruang yang tergulung ini yang disebut hiperspasial menurut Kaluza dan muridnya Klein.
Ruang gulungan berupa benang ini jika bergerak akan menghasilkan getaran yang bisa dirasakan di seluruh ruang. Ini sama dengan dawai digetar dan resonansi suara bergetar di seluruh ruang. Getar benang hiperspasial ini adalah gravitasi dan gelombang elektromagnetik.
Kebalikan dari ruang yang sangat kecil ini adalah ruang dimensi keempat yang sangat besar. Ini seperti bertolak belakangnya upaya fisika untuk menjelaskan fisika kuantum dan teori relativitas Einstein. Kuantum berbicara tentang entitas yang makin mengecil, sedangkan teori relativitas menjelaskan tentang sesuatu yang sangat besar, seperti galaksi, kuasar, lubang hitam dan teori Ledakan Akbar.
Dalam hiperspasial, para penghuni dimensi ketiga menjadi tidak sadar karena besar dan bentuknya yang melengkung hingga yang disadari hanya bidang datar di sekelilingnya saja. Ini sama seperti pandangan bahwa bumi itu datar bukannya bulat. Biasanya lengkungan luar biasa besar ini yang menjadi bahan cerita dalam kisah fiksi ilmiah. Ingat pergerakan Starship Entreprise ke hyperspace dengan warp speed? Ini pengejewantahan teori menjadi fiksi.
Fiksi atau ilmiah menjadi dimensi yang tidak berbatas dengan jelas. Jules Verne berkisah tentang kapal selam dan perjalanan ke bulan seratus tahun sebelum benda ini berhasil diciptakan dunia ilmu pengetahuan. Einstein berbicara tentang lengkungan dalam ruang dan waktu yang menghasilkan gravitasi dan gelombang elektromagnetik dalam Teori Relativitas.
Dimensi keempat atau hiperspasial sekarang jadi wahana pakar fisika teori untuk menghasilkan rumus pamungkas yang bisa menjelaskan dari inti atom hingga terbentuknya alam raya. Rumus ini adalah teori tentang segalanya dan segalanya adalah penciptaan alam. Jika kita bisa keluar dari keterbatasan pandangan kita dan melihat dunia luar yang kerap kita sebut gaib, maka pertanyaan besar tentang kreasi alam mungkin bisa terjawab.
Sinar Harapan, 26 Nov 2001
Tags: , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,

Louis de Broglie : Perintis Kuantum Terakhir

F
de Broglie
Hans J. Wospakrik
Pengantar
         Berpulangnya Duc Prinz Louis de Broglie, fisikawan teori Perancis, bulan Maret lalu pada usia 94 tahun, mengakhiri kehadiran perintis teori kuantum yang hidup di tengah kita. Mereka adalah pendobrak ilmu dengan gagasan-gagasan revolusioner pada awal abad ini yang memberi wajah baru bagi fisika, guna memahami alam atom yang mini. Ini, pada gilirannya, membuka jalan ke berbagai temuan teknologi menakjubkan, seperti transistor dan laser, yang tidak diduga sebelumnya. Untuk mengenang perintis kuantum terakhir ini, tulisan berikut mencoba memberi gambaran sekilas tentang karya dan biografinya.
Adalah Max Planck (1858-1947), ilmuwan fisika teori Jerman, yang mencetuskan gagasan awal tentang teori kuantum. Ini lahir dari upayanya untuk menjelaskan teka-teki fisika yang berkaitan dengan pancaran tenaga (energi) gelombang elektromagnet oleh benda (hitam) panas. Pemecahannya ia temukan pada 1901 dengan anggapan bahwa “tenaga gelombang elektromagnet dipancarkan dan diserap bahan dalam bentuk catu-catu tenaga (diskrit) yang sebanding dengan frekuensi gelombang elektromagnet”.
Catu tenaga ini disebutnya kuanta (latin: sekian banyak: kuantum, bentuk tunggalnya). Dengan demikian, tahun 1901 dicatat sebagai awal bergilirnya bola teori kuantum. Namun, para fisikawan seangkatannya memandang gagasan Planck ini tidak mempunyai makna fisika yang jauh melainkan sekadar sebagai suatu kiat matematika belaka.
Empat tahun kemudian, pemuda Albert Einstein (1879-1955) mencatat dirinya sebagai orang pertama yang menerapkan gagasan Planck lebih jauh dalam fisika. Salah satunya, berkaitan dengan “efek fotolistrik”, yaitu teka-teki terbebaskannya elektron-elektron dari permukaan logam bila disinari cahaya (gelombang elektromagnet).
Penjelasannya, karena elektron-elektron itu ditumbuk dan ditendang keluar oleh kuanta-kuanta cahaya yang berperilaku sebagai partikel (zarah). Kuanta cahaya ini disebut Einstein, foton. Dengan demikian, cahaya (gelombang elektromagnet) yang mulanya dipandang sebagai gelombang, kini diperlakukan pula sebagai partikel oleh Einstein.
Bahwa foton menumbuk elektron, seperti halnya tumbukan dua bola bilyard, kemudian dibuktikan dengan percobaan oleh Arthur H. Compton (1892-1962) dari Amerika Serikat pada 1923, yang mengabadikan namanya dengan peristiwa itu.
Gelombang partikel
Gagasan foton Einstein kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan bahwa “bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda (hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273 + suhu Celsius) benda itu”. Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, “secara tiba-tiba muncul gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam partikel”. Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa “partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang”. Gagasannya ini ia tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton, E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang “berkaitan” dengan partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel. Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya sekitar 0,7 mm.
Tantangan
Tesis ini kemudian diterbitkan pada awal 1925 dalam jurnal vak fisika Perancis, Annales de Physique. Namun, luput dari perhatian para fisikawan. Bahkan, para penguji de Broglie hanya terkesan dengan penalaran matematikanya tetapi tidak mempercayai segi fisikanya.
Promotornya, Paul Langevin (1872-1946), kemudian mengirimkan satu kopi kepada Einstein di Berlin, yang ternyata memberi rekasi mendukung. Ia memandangnya lebih daripada permainan matematika dengan menekankan bahwa gelombang partikel haruslah nyata. Berita ini kemudian ia teruskan kepada Max Born (1882-1970), fisikawan teori Jerman, di Gottingen.
Born kemudian menanyakan kemungkinan eksperimentalnya kepada James Franck (1882-1964), rekan sekerjanya, yang memberi tanggapan mendukung dengan menunjuk pada teka-teki hasil percobaan Clinton J. Davisson (1881-1958) dan asistennya Charles H. Kunsman dari Amerika Serikat pada 1922 dan 1923. Keduanya mengamati bahwa permukaan logam yang ditembaki dengan berkas elektron selain memancarkan kembali elektron-elektron dengan tenaga yang sangat rendah, ternyata ada pula yang memiliki tenaga sama dengan elektron semula.
Teka-teki ini kemudian terjelaskan oleh Walter Elsaser, mahasiswa Born, pada tahun 1925 dalam sebuah makalah ringkas dengan menggunakan gagasan gelombang de Broglie. Namun sayang, para fisikawan eksperimen tidak terkesan dengan tafsir ulang ini terhadap data percobaan mereka – apalagi oleh seorang mahasiswa berusia 21 tahun yang sama sekali belum dikenal.
Dukungan dan hadiah Nobel
Pada tahun 1926 barulah nampak suatu terang! Erwin Schrodinger (1887-1961), fisikawan teori Austria, merumuskan suatu persamaan matematika yang mengendalikan kelakuan rambatan gelombang partikel dalam berbagai sistem fisika. Ini sama halnya dengan persamaan gerak Newton dalam mekanika Newton (klasik) yang mengendalikan kelakuan gerak partikel.
Karya Schrodinger ini melahirkan mekanika baru yang dikenal sebagai mekanika gelombang atau lazimnya disebut mekanika kuantum. Penerapannya pada struktur atom berhasil menjelaskan berbagai data pengamatan dengan begitu mengesankan, tanpa dipaksa, sehingga menyentakkan para fisikawan untuk menerima gagasan de Broglie.
Dukungan berikutnya datang dari Amerika Serikat, oleh Clinton J. Davisson dan Lester H. Germer (1896 – ?.), yang menerbitkan hasil percobaan mereka pada 1927, bahwa elektron memang memperlihatkan perilaku gelombang. Bukti yang sama tetapi dengan metode percobaan yang berbeda juga dilaporkan oleh George P. Thomson (1892-1975) dari Inggris pada waktu itu.
Dukungan bukti-bukti percobaan ini kemudian mengukuhkan penerimaan gelombang partikel yang diikuti dengan dianugerahkannya hadiah Nobel Fisika (tunggal) 1929 bagi Louis de Broglie. Suatu penghargaan keilmuan bergengsi yang patut bagi karya ilmiahnya yang begitu revolusioner.
Duc Prinz Louis de Broglie
Louis Victor Pierre Raymon de Broglie lahir pada 15 Agustus 1892 di Dieppe, Perancis. Keturunan de Broglie, yang berasal dari Piedmont, Italia barat laut cukup dikenal dalam sejarah Perancis karena mereka telah melayani raja-raja Perancis baik dalam perang dan jabatan diplomatik selama beratus tahun.
Pada 1740, Raja Louis XI mengangkat salah satu anggota keluarga de Broglie, Francois Marie (1671-1745) sebagai Duc (seperti Duke di Inggris), suatu gelar keturunan yang hanya disandang oleh anggota keluarga tertua. Putra Duc pertama ini ternyata membantu Austria dalam Perang Tujuh Tahun (1756-1763). Karena itu, Kaisar Perancis I dari Austria menganugerahkan gelar Prinz yang berhak disandang seluruh anggota keluarga de Broglie.
Dengan meninggalnya saudara tertua Louis, Maurice, juga fisikawan (eksperimen), pada 1960, maka Louis serempak menjadi Duc Perancis (ke-7) dan Prinz Austria.
Louis mulanya belajar pada Lycee Janson de Sailly di Paris dan memperoleh gelar dalam sejarah pada 1909. Ia menjadi tertarik pada ilmu pengetahuan alam karena katanya, “terpengaruh oleh filsafat dan buku-buku Henry Poincare (1854-1912)”, matematikawan besar Perancis.
Pada 1910, Louis memasuki Universitas Paris untuk menyalurkan minatnya dalam ilmu pengetahuan. Tahun 1913 ia peroleh licence dalam ilmu pengetahuan dari Faculte des Sciences. Studinya kemudian terputus karena berkecamuknya Perang Dunia I. Barulah pada usia 32, Louis meraih gelar doktornya dalam fisika teori dengan tesis tentang gelombang partikel di atas. Ia kemudian memulai karier mengajarnya di Universitas Paris dan Institut Henry Poincare pada 1928.
Atom untuk perdamaian
Pada 1945, Louis dan kakaknya Maurice diangkat sebagai anggota dewan Komisi Tinggi Tenaga Atom Perancis. Mereka menaruh perhatian besar pada pengembangan tenaga atom untuk tujuan damai dan mempererat pertalian antara ilmu dan industri.
Hingga akhir hidupnya, Louis de Broglie menjabat sebagai sekretaris tetap pada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Dalam jabatannya ini ia tetap mendesak badan tersebut mempertimbangkan secara mendalam berbagai akibat berbahaya dari ledakan bom hidrogen (termonuklir).
Perhatiannya yang begitu besar terhadap ilmu pengetahuan dan perdamaian membuat ia patut dikenang oleh setiap pecinta ilmu dan perdamaian!


Tags: , , , , , , , ,
KIIRTAN DAN FISIKA MODERN




Menurut ilmu fisika, dunia di sekeliling kita tersusun atas molekul-molekul, atom dan partikel-partikel sub-atomik yang bervibrasi. Partikel-partikel ini saling berinteraksi, menghasilkan partikel baru dan memusnahkan partikel lain. Bagaikan tarian energi kosmik dengan irama kelahiran, kehidupan, dan kematian, hal ini merupakan elemen penyusun utama seluruh semesta.

Konsep ini dikenal sebagai fisika quantum. Ilmu ini dikembangkan oleh Albert Einstein, Neils Bohr dan Werner Heisenberg pada pertengahan pertama abad dua puluh. Teori ini menyebutkan bahwa semesta ini bukanlah kumpulan benda/objek yang terpisah, melainkan berupa jaringan yang terbentuk dari hubungan antara bagian-bagian/komponen penyusun dari sesuatu yang tunggal. Teori yang membahas mengenai hal ini sekarang dinamakan Teori Mekanika Gelombang.

Berdasarkan teori ini, seluruh semesta merupakan lautan gelombang, dan setiap benda-benda fisik hanyalah merupakan riak gelombang atau sekumpulan gelombang. Para ahli fisika modern baru bisa memahami hal ini baru-baru saja, padahal para Tantrika Yogi di India telah menemukan hal ini ribuan tahun yang lalu, bahkan telah memahami dengan lebih mendalam.

Tidak banyak yang mengetahui bahwa para ahli Fisika Quantum berhutang banyak kepada para spiritualis Tantrika. Tahun 1926, Heisenberg mengunjungi India sebagai tamu seorang penyair besar, Rabindranath Tagore. Mereka melakukan perbincangan mendalam membahas sains dan filosofi India. Heisenberg kemudian berkata kepada Fritjof Capra, "Perkenalan saya dengan spiritualitas India membawa banyak pencerahan. Sebelumnya saya dan para ahli rekan saya sangat sulit untuk menerima bahwa relativitas, keterkaitan (interconnectedness) dan ketidak-kekalan (impermanence) merupakan aspek dasar bagi dunia fisik. Disana saya belajar, bahwa hal ini merupakan landasan tradisi spiritual India. Setelah melakukan perbincangan dengan Tagore, beberapa ide yang semula sangat tidak masuk akal, tiba-tiba menjadi jauh lebih masuk akal. Hal ini benar-benar membantu saya."

Sains dan spiritual bukanlah dua hal yang bertolak belakang, sebaliknya keduanya saling mendukung satu sama lain. Ketika teori fisika berkembang, akan diketahui bahwa teori-teori tantra yoga sejalan dengan sains dan pada akhirnya akan dapat dibuktikan melalui pengujian di laboratorium.

Ada kitab Tantra Shastra yang berisi 64 teks kuno India. Didalamnya dijelaskan tentang sadhana dimensi keenam. Isinya tentang bagaimana seorang spiritualis yang menjalankan sadhana dimensi keenam ini dengan kesadarannya mampu menguraikan tubuh fisiknya dan menyatukannya kembali di tempat lain. Fenomena yang luar biasa ini secara logis dapat dijelaskan dengan Mekanika Gelombang dalam Fisika Quantum.

Segala sesuatu tersusun atas gelombang, dan setiap benda juga memancarkan gelombang. Tangan kita, wajah, dan sekujur tubuh kita memancarkan gelombang fisik dan psikis. Setiap makhluk adalah kumpulan getaran dengan kepadatan dan intensitas tertentu. Momentum halus atau gaya penggerak halus dibalik semua gelombang ini dikumpulkan dan disimpan dalam pikiran kita.

Segala sesuatu di semesta ini selalu bergerak. Setiap partikel subatomik bergerak terus menerus. Dengan cara yang serupa, seekor semut yang berjalan di atas punggung seekor gajah yang juga sedang bergerak. Gajah ini pun berdiri diatas permukaan bumi yang juga bergerak mengelilingi matahari dalam tata surya, dan tata surya pun bergerak di dalam galaksi yang juga bergerak di dalam alam semesta.

Setiap gelombang melakukan gerakan. Setiap gelombang beraksi dan bereaksi dengan gelombang lain, terus menerus menyebabkan kemusnahan dan kemunculan pertikel-partikel subatomik baru. Jadi, total seluruh getaran pada seseorang ditentukan oleh gelombang pribadinya yang mengalir ke luar (extroversial flow) dan ke dalam (introversial flow). Pada unit pikiran terdapat tiga tenaga yang bekarja: sentien, mutatif, dan statik. Aliran gelombang ekstroversi (ke luar) dan introversi (ke dalam) pada seseorang, menyebabkan ia menyerap ketiga tenaga dasar yang saling menguasai. Dari sini, dapat dikenali apakah seseorang itu mulia ataukah hanya memikirkan dirinya.

Contoh yang lebih jelas, jika ada makanan yang mengeluarkan aroma atau ada seekor gajah yang terlihat oleh mata, maka getaran dari kedua hal tersebut akan mempengaruhi kita. Pengaruhnya terhadap kita tergantung dari getaran yang dikeluarkan kedua hal tersebut dan kondisi pikiran kita. Tetapi, dikehendaki atau tidak, gelombang tersebut akan mempengaruhi kita. Saat ini dunia dipenuhi oleh gelombang yang sangat banyak dan saling bertumpang tindih, yang dihasilkan dari berbagai momentum. Aksi dan reaksi dari gelombang ini membuat pikiran kita tidak dapat beristirahat. Gelombang-gelombang ini membuat kita sulit berpikir jernih atau berkonsentrasi.

Setiap manusia memiliki tubuh fisik, pikiran dan potensi spiritual. Menyanyi dan menarikan kiirtan dengan mantra universal Baba Nam Kevalam merupakan aktivitas fisik-psikis-spiritual, karena kiirtan memberi manfaat pada ketiga hal tersebut.

Kiirtan (melantunkan mantra), mentransmutasikan/mengubah aliran mental ke arah aliran spiritual. Hal ini memberikan energi pada lingkungan kita, memasuki setiap kutub (poles) pada tubuh kita. Pada saat seseorang menyanyikan kiirtan, suatu getaran agung (divine vibration) akan dihasilkan dan akan membuat tubuh dan pikiran siap untuk melakukan meditasi. Berbagai kesan yang berbeda dalam pikiran secara perlahan-lahan akan ditransmutasikan ke arah Kehalusan Agung.

Kiirtan juga mengakibatkan transformasi. Kiirtan mampu mengubah bentuk, ukuran, massa dan sifat-sifat suatu benda yang dikenainya. Kiirtan menghasilkan medan elektromagnetis. Seperti magnet yang kuat, kiirtan akan mengubah sifat-sifat pada sel-sel otak, sehingga energi kasar akan ditransformasikan menjadi energi halus. Apapun yang kita lihat saat melakukan Kiirtan, kita hanya melihat Tuhan. Mantra Baba Nam Kevalam memberi energi pada udara yang kita hirup dan bumi yang disentuh jari kaki kita. Irama kiirtan adalah irama agung dari alam ini. Siapapun yang melakukan kiirtan akan merasakan irama universal melalui seluruh inderanya. Irama universal ini tidak akan menghapus ide-ide kasar, tetapi akan mengalihkan alirannya ke arah yang halus. Jika dilakukan dengan ketulusan hati, kiirtan mampu secara kuat mengalihkan pikiran-pikiran kasar. Kiirtan akan memurnikan pikiran dan membantu melakukan meditasi.

Jangan menekan pikiran-pikiran negatif yang muncul dalam pikiran. Tetapi cobalah untuk menyalurkan pikiran-pikiran tersebut kepada Tuhan dengan menyanyikan kiirtan. Jika kita mendapati pikiran kita bergumul dengan pikiran negatif ini dan meditasi kita tidak memuaskan, berpikirlah: "Apapun yang terjadi adalah yang terbaik. Tidak perduli baik ataupun buruk yang ada didalam diri ini, semua adalah kepunyaanMu."

Ada sebuah kejadian yang terjadi di Bengali beberapa ratus tahun lalu yang menunjukkan kekuatan kiirtan dalam mengubah gelombang pikiran kasar menjadi halus, gelombang sentien. Caetanya Mahaprabhu memperkenalkan kiirtan sebagai gerakan spiritual populer untuk melawan ajaran agama yang dogmatis. Ia mendapat perlawanan dari pemuka-pemuka agama Islam dan Hindu yang fanatik. Haridas merupakan salah satu pengikut Caetanya Mahaprabhu. Ketika itu ia tinggal sendirian di ashram kecil di daerah Nadia. Untuk mendiskreditkannya, beberapa pemuka agama berencana untuk menghancurkan karakter dan reputasinya. Meraka membayar seorang wanita tuna susila untuk mendatangi Haridas di ashramnya setiap hari dan merayunya .

Karena Haridas adalah seorang Bhakta, ia mendapat intuisi akan datangnya bahaya, sehingga ia memutuskan untuk menyanyikan kiirtan terus menerus (Akhanda Kiirtan) mulai dari bangun tidur sampai tiba waktu tidur, selama 21 hari.

Kebanyakan yogi memiliki kelemahan pada makanan, jadi setiap pagi wanita ini membawa makanan enak dan meninggalkannya di pintu ashram untuk Haridas. Kemudian ia menunggu dengan sabar sampai Haridas memakannya dan berbicara dengannya. Tetapi, selama tiga minggu Haridas tidak pernah menyentuh makanan yang dibawanya, dan tidak pernah berbicara. Ia hanya menyanyikan kiirtan.

Akhirnya setelah berlalu 21 hari, Haridas menyapa wanita itu dengan Namaskar dan bertanya apa yang ia bisa lakukan untuknya. Dan wanita itu kemudian mengakui semua yang telah direncanakannya selama ini. Tetapi ia berkata, bahwa selama ia menunggu setiap hari dengan niat jahat, suara kiirtan yang didengarnya mengubah pikirannya secara total. Sekarang ia hanya ingin bertobat dan berbakti kepada Tuhan. Maka Haridas mendorongnya untuk mengubah hidupnya dan mengundangnya untuk mengurus ashram dan menyanyikan kiirtan setiap hari. Setelah itu haridas meninggalkan Ashram tersebut untuk meneruskan pekerjaannya memberi inspirasi kepada orang-orang untuk menyanyikan kiirtan. Wanita itu kemudian menjadi orang suci dan dikenal dengan bakti dan kebersahajaannya.

Dengan alasan ilmiah diatas, kiirtan merupakan penyembuh bagi segala penyakit fisik dan mental. Sebagai alasan tambahan, bahwa kiirtan berfungsi sebagai penyembuh universal karena menarik berkah dari Kesadaran Agung, karena kiirtan merupakan ekspresi cinta dan bakti. Karunia Agung dapat memberikan mukjizat dan mengatasi segala hambatan.


=========---------------------------------
Acarya Cidananda Avadhuta adalah seorang pengajar senior Yoga Ananda Marga. Kutipan dari Werner Heisenberg diambil dari buku: Capra, Fritjof. Uncommon Wisdom: Conversations with Remarkable People. Simon and Schuster: New York, 1988, p. 43.

©Copyright 1997 Ananda Marga eV.(Germany). All rights reserved.

Rabu, 08 Desember 2010

percaya pada ku by UNGU

Hatrrick Benzema Hancurkan Auxerre

Kamis, 9 Desember 2010 - 05:13 wib
Karim Benzema mencetak hattrick untuk Real Madrid kala menjamu Auxerre pada laga pamungkas Grup G Liga Champions / Foto: Reuters

MADRID - Kendati telah memastikan diri sebagai jawara Grup G, Real Madrid tidak ingin tampil setengah hati kala menjamu wakil Prancis, Auxerre, Kamis (9/12/2010). Karim Benzema menjaga rekor tak terkalahkan Madrid di babak penyisihan grup dan membantu Los Blancos mengemas kemenangan telak 4-0.

Entrenador
Jose Mourinho memanfaatkan laga ini untuk mengistirahatkan sejumlah pemain utamanya. Jerzy Dudek menggantikan posisi Iker Casillas di bawah mistar gawang. Sementara, Sergio Ramos dan Xabi Alonso harus menjalani hukuman akibat kartu merah yang mereka terima pada laga kontra Ajax Amsterdam, dua pekan lalu.

The Special One sendiri tidak bisa mendampingi anak-anak asuhnya, setelah mendapatkan sanksi UEFA karena dituduh sengaja menginstruksikan Alonso dan Ramos mendapat kartu merah. Alhasil, asisten pelatih Aitor Karanka mengambil alih posisi pelatih Portugal pada laga kali ini.


Meski tidak menurunkan skuad utama, El Real tetap unggul jauh atas tamunya. Terbukti, gawang Auxerre berhasil dibobol Cristiano Ronaldo cs kala pertandingan baru memasuki menit 11.


Karim Benzema mengawali pesta golnya berkat kesigapannya menyambut umpan silang terukur CR7. Aksi gemilang Ronaldo melewati penjagaan Dariusz Dudka diselesaikan dengan sempurna oleh mantan bintang Olympique Lyon yang menanduk bola ke dalam gawang Olivier Sorin dari jarak dekat.


Unggul 1-0 tidak membuat pasukan Galacticos puas. Pedro Leon sempat berpeluang mencetak gol kedua untuk Madrid pada menit ke-16. Sayang, upayanya berhasil digagalkan oleh bek asal Swiss Stephane Grichting.


Berada dalam tekanan, tim tamu sempat mengancam gawang Dudek melalui Jean-Pascal Mignot di menit 26.Berawal dari tendangan bebas, bek Prancis menyambut bola dengan tandukan. Namun, Dudek memperlihatkan aksi penyelamatan gemilang dan berhasil menjaga keunggulan tuan rumah.


Di masa
injury time babak pertama, Karanka menarik keluar Dudek yang tampaknya mengalami cedera saat berupaya mengamankan bola dari striker Roy Countout. Kiper 23 tahun, Antonio Adan, mengisi tempat Dudek.

Tiga menit memasuki babak kedua, giliran Ronaldo membuat publik Santiago Bernabeu bersorak. Kerjasama apiknya bersama Marcelo melewati barisan defender Auxerre diselesaikan dengan manis ke gawang Sorin. 2-0 Madrid memimpin.


Benzema menambah derita Auxerre dengan mencetak gol keduanya di menit 71. Membawa bola ke dalam kotak penalti, striker Prancis melepaskan tembakan ke sudut jauh gawang Sorin. Meski sempat menyentuh bola dengan ujung jarinya, Sorin tak mampu mencegah keunggulan 3-0 El Real.


Dua menit menjelang full time, Benzema menyempurnakan catatannya dengan gol ketiga. Blunder Sorin saat mengoper bola kepada Adama Coulibaly berhasil dimanfaatkan Benzema. Memenangkan perebutan bola, striker 22 tahun memaksa Sorin memungut bola untuk keempat kalinya.


Hasil ini semakin memantapkan posisi Madrid sebagai pemuncak Grup G dengan koleksi nilai 16. Raksasa Spanyol unggul delapan angka atas
runner-up AC Milan, yang pada saat bersamaan, dipermalukan Ajax Amsterdam 2-0 di hadapan publik San Siro.

Susunan pemain:


Real Madrid:
Dudek - Marcelo, Carvalho, Albiol, Arbeloa - M Diarra, L Diarra, Granero - Ronaldo, Benzema, Pedro Leon. Subs: Adan, Pepe, Mateos, Garay, Ozil, Morata Martin, Sarabia

Auxerre:
Sorin - Grichting, Mignot, Coulibaby, Dudka - Pedretti, Chafni - Birsa, Traore, Oliech – Contout. Subs: Riou, Le Tallec, Quercia, Sammaritano, Sidibe, Langil, Bourgeois

Sengit, Arsenal Pastikan Lolos

Kamis, 9 Desember 2010 - 04:55 wib

Gol Theo Walcott di babak kedua bangkitkan semangat Arsenal untuk menghabisi Partizan Belgrade / Foto: Reuters

LONDON - Peluang Arsenal melangkah ke fase knock out Liga Champions sempat terancam kala menjamu juru kunci Grup H Partizan Belgrade, Kamis (9/12/2010) dini hari. Kendati begitu, The Gunners toh sukses menyusul Shakhtar Donetsk ke babak selanjutnya berkat kemenangan 3-1 atas klub Serbia.

Ini merupakan laga hidup mati bagi skuad meriam London. Gagal mengamankan angka, anak-anak asuh Arsene Wenger bisa jadi harus tersingkir dari kompetisi paling bergengsi Benua Biru. Tanpa kehadiran Cesc Fabregas yang masih dibekap cedera, bomber Belanda Robin van Persie didaulat sebagai kapten.


Namun, Partizan jelas tidak ingin membuat laga ini menjadi mudah untuk tuan rumah. Kendati Arsenal berhasil mendominasi penguasaan bola, skuad besutan Aleksandar Stanojevic cukup disiplin mengamankan lini belakang mereka. Robin van Persie cs pun harus bekerja


Sebaliknya, Wenger harus dipusingkan dengan barisan pertahanannya yang sudah cukup rapuh. Bek muda Inggris Kieran Gibbs harus mengakhiri laga lebih awal setelah mengalami cedera engkel di menit 14. Emmanuel Eboue pun masuk menggantikan Gibbs pada menit 23.


Publik Emirates Stadium akhirnya bersorak ketika laga memasuki menit 30. Kesalahan Marko Jovanovic menjatuhkan mantan bintang Feyenoord harus dibayar mahal setelah wasit menunjuk titik putih.


Van Persie sendiri yang mengambil tugas sebagai algojo. Tanpa kesulitan, striker 27 tahun membawa tuan rumah unggul 1-0. Skor ini pun bertahan hingga turun minum.


The Gunners berpeluang menambah keunggulan di awal babak kedua. Peluang hasil kerjasama Denilson dan Andrey Arshavin berhasil digagalkan kapten Mladen Krastajic.


Bola
rebound berhasil disambar Samir Nasri, yang tampil cemerlang pada laga kontra Fulham akhir pekan lalu. Beruntung bagi Partizan, tendangan Nasri dari jarak dekat masih melambung di atas mistar gawang.

Keasyikan menyerang, pasukan Gunners dikejutkan dengan gol balasan Cleo di menit 52. Penyerang asal Brasil dengan jeli memanfaatkan rapuhnya pertahanan Arsenal. Menyambar umpan Moreira, tendangan Cleo yang sempat mengenai Sebastien Squillaci gagal dibendung Lukasz Fabianski.


Gol Cleo agaknya sempat menciutkan nyali tuan rumah, sementara Partizan semakin menguasai jalannya pertandingan. Melihat performa para pemainnya yang mulai menurun, Wenger pun menurunkan Theo Walcott guna menambah daya gedor Arsenal. Winger Inggris masuk menggantikan Arshavin di menit 68.


Keputusan Wenger segera membuahkan hasil. Walcott mengembalikan keunggulan Arsenal, enam menit setelah memasuki lapangan. Jovanovic berupaya membuang bola hasil umpan silang Bacary Sagna. Namun, bola justru mengarah ke Walcott, yang tanpa pikir panjang memberikan gol kedua bagi Arsenal.


Gol Walcott sontak membangkitkan kembali semangat skuad Gudang Peluru. Terbukti, hanya empat menit berselang, Nasri menambah keunggulan setelah memaksimalkan umpan Alex Song.


Meski demikian, Arsenal harus melakoni sisa laga dengan 10 pemain. Itu setelah wasit Paolo Tagliavento memberikan kartu merah langsung kepada Sagna yang melanggar Aleksandar Lazevski di tepi kotak penalti.


Partizan sebenarnya berpeluang mengejar ketinggalan melalui tendangan bebas Radosav Petrovic yang cukup membahayakan. Namun, Fabianski berhasil mementahkan peluang terakhir tim tamu.


Arsenal dipastikan melangkah ke babak 16 besar dengan status runner-up Grup H, menyusul kemenangan 2-0 Shakhtar Donetsk (Razvan Rat 78’, Luiz Adriano 83’) atas Sporting Braga, di Donbass Arena.


Susunan pemain:


Arsenal:
Fabianski, Sagna, Squillaci, Koscielny, Gibbs, Nasri, Song, Denilson, Arshavin, van Persie, Chamakh. Subs: Szczesny, Rosicky, Vela, Walcott, Wilshere, Eboue, Bendtner

Partizan Belgrade:
Stojkovic, Krstajic, Jovanovic, Medo, Lazevski, Savic, Sasa Ilic, Petrovic, Babovic, Moreira, Cleo. Subs: Radisa Ilic, Stankovic, Brasanac, Davidov, Kizito, Iliev, Smiljanic

Rabu, 01 Desember 2010

"Sekali Menang Belum Menjamin Indonesia Lolos"

Kamis, 2 Desember 2010 - 01:50 wib
Foto: Pelatih timnas Indonesia Alfred Riedl/Hasiholan Siahaan (Koran SI)
JAKARTA - Kemenangan besar 5-1 yang diraih timnas Indonesia atas Malaysia, malam tadi, disambut gembira seluruh pecinta sepak bola tanah air. Mereka pun optimistis skuad Garuda bakal lolos ke babak semifinal.

Kemenangan telak diraih skuad merah putih pada laga perdana penyisihan Grup A, AFF Suzuki Cup 2010 melawan Malaysia di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (1/12/2010) malam tadi. Kemenangan ini praktis mengantar Indonesia untuk sementara berhak menduduki puncak klasemen sementara dengan poin tiga. Sementara tim kuat Thailand dan Laos yang hanya bermain 2-2 do laga sebelumnya, berada di tempat kedua dan tiga.

Dengan kemenangan besar ini, sejumlah kalangan pun mulai berani memprediksi bahwa Indonesia bakal melenggang mulus ke babak semifinal. Pasalnya, Indonesia hanya membutuhkan satu kemenangan untuk memastikan diri lolos.

Namun, tidak demikian halnya dengan Alfred Riedl. Pelatih asal Austria ini menilai kemenangan besar yang diraih anak asuhnya takkan menjamin mereka lolos ke babak semifinal. Riedl meminta anak asuhnya untuk tetap fokus dan meraih kemenangan saat melawan Laos (4/11/2010) dan melawan Thailand di laga pamungkas, Selasa 7 Desember 2010.

“Baru sekali menang, belum menjamin Indonesia bakal lolos. Setelah pertandingan ini, pemain harus kembali fokus berlatih untuk menghadapi pertandingan selanjutnya,” ujar Riedl yang ditemani asisten pelatih Wolfgang Pikal saat menghadiri konferensi pers usai pertandingan. (acf)

Rio Ferdinand Ikut Komentari Kemenangan Indonesia

Rabu, 1 Desember 2010 - 21:32 wib
Foto: Rio Ferdinand/Reuters
MANCHESTER – Pertandingan sarat gengsi antara Indonesia versus Malaysia tak hanya menarik perhatian masyarakat kedua negara. Pemain dunia sekelas Rio Ferdinand bahkan mengkuti perkembangannya.

Bukan rahasia lagi, Manchester United memiliki jutaan penggemarnya di Indonesia. Tak heran jika para punggawa Setan Merah mengikuti perkembangan sepakbola Tanah Air.

Bek andalan United, Ferdinand, ikut pula mengomentari laga krusial antara Indonesia kontra Malaysia.

“Baru saja melihat Indonesia mengalahkan Malaysia 2-1. Fans saya di Indonesia pasti sangat senang saat ini,” demikian pernyataan Ferdinand dalam akun twitternya di @rioferdy5, saat jeda turun minum laga tersebut.

“Wow, sekarang sudah 3-1 untuk Indonesia,” lanjut Ferdinand lagi, sesaat setelah M.Ridwan menjebol gawang Malaysia.

Indonesia akhirnya unggul 5 -1 atas musuh bebuyutannya, Malaysia, di pertandingan pertama penyisihan Grup A AFF Suzuki Cup 2010 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Rabu (1/12/2010).

Setelah sempat dikejutkan gol Norshahrul Idlan bin Talaha di menit 18, Tim Merah Putih akhirnya bangkit melalui gol bunuh diri Mohamad Asrarudin (21), Christian Gonzalez (33), Muhammad Ridwan (55), Arif Suyono (80), Irfan Bachdim (90).
(wei)

Senin, 29 November 2010

Berbatov: Rooney Inspirasional

Senin, 29 November 2010 - 12:44 wib
Rejdo Prahananda - Okezone
F: Dimitar Berbatov (daylife)
MANCHESTER – Lima gol yang dileksakkan Dimitar Berbatov saat jumpa Blackburn Rovers memang sungguh istemewa. Betapa tidak, selain mengantarkan Manchester United sukses menggebuk Blackburn dengan skor telak 7-1, United juga berhasil menyalip seterunya, Chelsea di puncak klasemen.
Menariknya, nama Dimitar Berbatov kini tertulis dalam buku sejarah Premier League bersama Andy Cole, Alan Shearer, dan Jermaine Defoe yang sukses mencetak lima gol dalam satu pertandingan. Pencapaian striker Bulgaria ini memang berbanding terbalik dengan musim lalu. Di medio 2009/10 lalu Berbatov kering gol dan kurang agresif di mulut gawang. Kendati Berbatov telah kambali ke performanya semula, ia tidak sungkan menyebut Wayne Rooney sebagai inspirasi kemenangan Setan Merah atas Blackburn. “Tentu saja, banyaknya gol yang ia ciptakan memberikan nilai lebih buat kami. Dia tipikal pemain yang mengerti keinginan saya, Begitupun sebaliknya,” ucap Berbatov di The Sun, Senin (29/11/2010). “Dengan kerja keras dan latihan secara intens, semuanya bisa saja terjadi dia atas lapangan,” tutup Berbatov menyiratkan pesan, Rooney masih memainkan peran penting di tubuh United.

Target Indonesia: Juara AFF 2010

Senin, 29 November 2010 - 14:36 wib
F: Skuad Timnas Indonesia (Koran SI)
JAKARTA – Indonesia belum pernah sekalipun merasakan gelar juara Piala AFF, dan harus puas hanya tiga kali menjadi runner-up. Tahun ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah dan harapan untuk menjadi juara diusung Timnas Indonesia.
Seperti diungkapkan manajer Timnas Indonesia Andi Darussalam Tabusalla, tim Merah Putih memang mengusung target menjadi juara pada gelaran kompetisi sepakbola antar negara Asia Tenggara ini. “Targetnya adalah menjadi juara. Cita-cita saya bukan hanya membawa timnas sebagai nomor dua, tetap sebagai juara. Saya mengharapkan bantuan dari semua pihak, termasuk media massa untuk mengajak suporter Indonesia memberikan dukungan kepada timnas,” jelas Andi kepada wartawan di kantor pusat PSSI, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (29/11/2010). Indonesia sendiri tergabung di Grup A, atau grup neraka bersama Thailand, Malaysia dan Laos. Thailand sudah melakukan persiapan sejak setahun lalu dengan pelatih asal Inggris, Bryan Robson. Striker Indonesia Bambang Pamungkas mengaku tidak khawatir dengan kekuatan Thailand atau Malaysia. “Secara persiapan, kami memang belum terlalu maksimal dan baru tiga pekan berlatih. Sementara Thailand sudah setahun melakukan persiapan.Tapi ditengah keterbatasan timnas, tidak ada alasan berhenti berusaha,” jelas Bepe. Bepe secara pribadi juga berhasrat meraih gelar AFF, setelah empat kali tampil di kompetisi ini. Striker milik Persija Jakarta ini mempercayainperan pelatih Alferd Riedl dalam mengembangkan komposisi antara pemain muda dan senior. Sementara itu playmaker Firman Utina memuji kehadiran dia striker natularisasi Irfan Bachdim dan Christian Gonzalez. Menurut Firman, El Loco dan Irfan sangat menambah motivasi yang berbeda di timnas. (zwr)

Jumat, 26 November 2010

Persib Masih Menyisakan Cela

Sabtu, 27 November 2010 - 00:04 wib
Raka Zaipul - Koran SI
Para punggawa Persib saat menjalani latihan di Stadion Siliwangi / Foto: Koran SI (Irfan Al-Faritsi)
BANDUNG - Meski sukses mengalahkan Persib U-21 pada laga uji coba di stadion Siliwangi, Jumat (26/11/2010) sore, namun performa Persib Bandung bukan tanpa cela. Banyak hal yang masih perlu dibenahi jajaran pelatih serta pemain. Asisten pelatih Persib Robby Darwis mengakui masih banyak hal yang harus diperbaiki. Meski secara permainan anak asuhnya menunjukkan performa yang baik, namun menurutnya masih ada beberapa hal mendasar yang perlu dibenahi.
Robby menjelaskan, setidaknya ada dua hal yang perlu diperkuat sebelum Persib berlaga pada lanjutan Liga Super Indonesia (LSI) 2010/2011 awal Januari nanti. Yang paling utama, kata Robby, adalah masalah komunikasi antar pemain dan kordinasi antar lini yang masih memiliki kelemahan. "Ini semua belum apa-apa. Masih banyak hal yang perlu diperbaiki sebelum bertanding lagi di Liga. Setidaknya, saya mencatat soal kordinasi dan komunikasi antar pemain masih belum maksimal. Dan saya kita kita masih punya waktu untuk memperbaikinya," ungkap Robby. Legendaris Maung Bandung ini melihat dalam laga persahabatan tersebut, masih banyak umpan yang tidak tepat. Hal ini membuat permainan dan kerja sama tim selalu terputus di tengah jalan. "Pemain kurang komunikatif yang menyebabkan aliran bola selalu terputus. Ini juga akan kita benahi," jelasnya. Meskipun lapangan becek menjadi kendala permainan, namun Robby tetap menilai kondisi tersebut bisa teratasi jika komunikasi dan kordinasi bisa berjalan dengan baik. Dia menyatakan, kondisi lapangan serupa juga bisa terjadi saat timnya bertanding di ajang LSI.

Persibo Incar Inkonsistensi Maung Bandung

Sabtu, 27 November 2010 - 08:11 wib
Kukuh Setiawan - Koran SI
Foto: ist
BOJONEGORO - Setelah berhasil mencatat kemenangan perdana di Indonesia Super League (ISL) 2010, Persibo Bojonegoro berambisi mengais angka di kandang lawan. Terdekat adalah pertandingan menghadapi Persib Bandung, 5 Januari nanti. Masih jauh memang. Tapi Persibo sudah berharap bisa mengambil minimal satu poin di kandang Maung Bandung. Ambisi tersebut belatar pada fakta inkonsistensi Christian Gonzales dkk. Persib mengalami penurunan drastis di awal musim ini.
Klub bermaskot harimau itu tengah mengalami krisis kepelatihan. Setelah memecat Darko, Persib sempat memercayai Jovo Cuckovic. Belakangan persib tak juga bangkit dan kursi kepelatihan pun menjadi panas. Inilah yang membuat senyum Persibo sedikit mengembang. "Jujur saya belum berpikir ke sana (kondisi Persib). Tapi saya berharap ada kesempatan mencuri poin di laga tandang. Kita sudah banyak kehilangan angka dan harus mengejar kekurangan yang kita peroleh sebelumnya," kata Pelatih Persibo Bojonegoro Sartono Anwar. Soal Persib, pelatih yang baru didenda PSSI ini menilai sebagai tim besar dan mempunyai tradisi bagus. Malah bisa jadi seusai libur kompetisi nanti pemilik Stadion Siliwangi bakal bangkit dan melampiaskan keterpurukan selama ini. Intinya, kata Sartono, Persibo harus benar-benar konsentrasi dan memperbaiki penampilan jika ingin menggapai poin. Apalagi timnya bakal melakoni partai away empat kali berturut-turut, yakni kontra Persib Bandung, Sriwijaya FC, Persela Lamongan dan Deltras Sidoarjo. Kendati hampir semua lawan lebih berpengalaman di Liga Super, kecuali Deltras yang promosi awal musim lalu, manajemen Persibo membebankan Laskar Angling Dharma mendapatkan minimal empat poin di empat pertandingan tersebut. Sebuah target yang mungkin masih terlalu sulit, mengingat Persibo bahkan masih kesulitan memenangkan partai kandang. Kini Sartono masih berupaya membenahi beberapa kekurangan di timnya, termasuk melihat perkembangan Samsul Arif dkk di program ujicoba selama Desember. "Saya tidak pernah main-main mempersiapan tim dan semoga itu sesuai dengan hasil yang dicapai Persibo. Saya masih yakin anak-anak masih bisa menang dan bertahan di liga super," kata pelatih yang selalu mengenakan topi ini, Jumat (26/11/2010) kemarin.

Rabu, 17 November 2010

Prancis Taklukkan Inggris di Wembley

Kamis, 18 November 2010 - 05:46 wib
Selebrasi Karim Benzema usai menjebol gawang Inggris / Foto: Reuters
LONDON - Timnas Prancis kembali menunjukkan taringnya, kala meladeni jamuan Inggris di Stadion Wembley, London, Kamis (18/11/2010) dini hari WIB. Skuad arahan Laurent Blanc membawa pulang kemenangan 2-1.

Tampil di hadapan ribuan publik The Three Lions, tak membuat Florent Malouda menciutkan nyali. Serangan justru dilancarkan sejak menit awal pertandingan.

Memasuki menit 8, Malouda mencoba memberikan tekanan pada pertahanan Inggris, yang sudah dikawal oleh sang kapten, Rio Ferdinand. Winger milik Chelsea melesakkan tendangan diagonal ke arah gawang, namun kiper Ben Foster melakukan penyelamatan dengan kaki kirinya.

Malouda kembali mengancam gawang Foster. Hanya tiga menit berselang, winger 30 tahun mampu mengecoh Ferdinand. Sayang tembakan kaki kanannya belum menemui sasaran.

Gempuran serangan Les Bleus akhirnya berbuah di menit 16. Kebuntuan terpecah kala Karim Benzema menggetarkan gawang Foster untuk kali pertama. Usai bekerja sama dengan Malouda, Benzema melepaskan tendangan kaki kiri yang gagal dihalau kiper milik Birmingham City. 1-0 Prancis unggul.

Tertinggal satu gol, Inggris seakan baru terbangun dari tidurnya. Peluang emas akhirnya didapat saat memasuki menit 29. Setelah Andy Carroll memenangkan duel udara, bola jatuh tepat di kaki Steven Gerrard. Kapten tim Liverpool mencoba peruntungan dari jarak 12 yards, namun sayang peluang berakhir sia-sia.

Hingga turun minum, keunggulan 1-0 Prancis urung berubah. Memasuki babak kedua, Malouda cs enggan mengendurkan serangan. Alhasil, gol kedua pun tercipta di menit 55.

Berawal dari umpan silang yang diluncurkan Bacary Sagna ke kotak pertahanan Inggris, kemudian Samir Nasri gagal menyambutnya, namun ada Mathieu Valbuena yang menyambarnya. Gelandang milik Olympique Marseille sukses menyarangkan bola ke sudut kiri gawang Foster dan merubah keadaan menjadi 2-0.

Enggan dipermalukan di hadapan publik sendiri, skuad besutan Fabio Capello berusaha mengejar ketinggalan. Gerrard nyaris memecah kebuntuan Union Jack, di menit 63, kala menyambut tendangan bebas Adam Johnson. Lagi, tandukan Gerrard urung menjebol gawang Hugo Lloris.

Belum menyerah, Gerrard kembali menusuk jantung pertahanan Les Bleus, 10 menit jelang akhir pertandingan. Sempat lolos dari kawalan Adil Rami, namun tendangan gelandang 30 tahun masih meleset.

Hingga akhirnya, Inggris mampu memperkecil ketinggalan di menit 86. Berawal dari tendangan sudut, Peter Crouch langsung menyambarnya dan meneruskan dengan tendangan voli. Bola pun bersarang di sudut atas gawang Lloris dan kedudukan berubah menjadi 1-2.

Inggris berpeluang menyamakan angka di masa injury time, namun tandukan Bothroyd mampu diantisipasi oleh Lloris. Saat wasit asal Denmark, Claus Bo Larsen, meniup peluit panjang, kemenangan 2-1 tetap milik Prancis.

Susunan pemain:
INGGRIS: Foster, Jagielka, Ferdinand, Lescott, Gibbs, Walcott, Henderson, Barry, Milner, Gerrard, Carroll. Subs: Green, Richards, Warnock, Smalling, Cahill, Cole, Young, Johnson, Bothroyd, Crouch, Loach.

PRANCIS: Lloris, Sagna, Mexes, Rami, Abidal, Nasri, Gourcuff, M'Vila, Malouda, Valbuena, Benzema. Subs: Carrasso, Mandanda, Sakho, Cabaye, Remy, Hoarau, Reveillere, Payet, Diarra, Kaboul, Gameiro, Clichy.

Portugal Kandaskan Sang Jawara

Kamis, 18 November 2010 - 06:32 wib
Foto: Carlos Martin merayakan gol yang diciptakannya (Daylife)
LISBON – Akhirnya, Portugal berhasil membalasakan dendamnya pada Spanyol saat ajang Piala Dunia 2010 lalu. Seleccao das Quinas menang telak 4-0 di laga persabahatan, Kamis (18/11/2010).

Laga baru berjalan dua menit, Portugal sudah menggoyahkan pertahanan Spanyol. Cristiano Ronaldo memberikan bola ke arah Nani, yang berada di sisi kanannya. Nani pun mencoba meneruskan ke arah gawang, tapi bola masih bisa dihalau oleh Iker Cassilas.

Pertandingan berjalan semakin sengit ketika pelanggaran mulai terjadi. Di menit ketujuh, Sergio Busquet mendapatkan kartu kuning ketika menjatuhkan Ronaldo. Sepertinya pemain Real Madrid itu enggan menerima keputusan wasit dan kartu kuning pun menghampirinya.

Kini Spanyol dan Portugal sama-sama mengantongi satu kartu Kuning. Namun hal itu tidak membuat semangat Spanyol surut. Pasukan besutan Vicente del Bosque berusaha membuktikan diri sebagai penyandang jawara dunia.

Menit ke-10, Spanyol mencoba peluang lewat Xavi Hernandez, dengan memberikan umpan kepada Andres Iniesta dan menembakkan dari jarak 25 yards. Sayang tendanganya masih melebar.

Di menit ke 23, Spanyol kembali memberi tekanan untuk Portugal. David Villa melancarkan tembakan dari tengah lapangan. Namun Eduardo masih bisa menangkapnya dengan mudah.

Kesempatan kini berganti menghampiri Portugal. Raul Meireles yang tanpa pengawalan, langsung menembakkan bola dari jarak 10 yards. Casillas pun sempat gagal menghalau, namun gawang Spanyol masih aman berkat hadangan dari Gerrard Pique.

Usaha Portugal tidak berhenti sampai disitu. Carlos Martins dari jarak 14 yards melakukan tendangan volli dan akhirnya mampu menjebol gawang milik Cassilas. Turun minum Portugal mengantongi skor unggul sementara.1-0.

Di babak kedua, Spanyol membuat kesalahan fatal yang berbuntut keberuntungan untuk Portugal. Di menit 49, Sergio Ramos membobol gawangnya sendiri dan akhirnya Portugal kembali memimpjn dengan skor 2-0.

Tidak lama berselang, Portugal semakin agresif. Terbukti di menit 68, gol yang diciptakan oleh Hélder Postiga membuat Spanyol tertinggal semakin jauh. Portugal unggul sementara 3-0.

Tidak puas hanya menyarangkan tiga gol, Portugal makin membuat Spanyol gigit jari. Hugo Almeida melesatkan bola di menit terakhir sebelum laga usai dan gawang Casillas tak terselamatkan.

Peluit panjang dibunyikan. Portugal menang dengan skor meyakinkan 4-0. Bukan hanya kemenangan yang diraih, Portugal juga meraup kepuasan setelah berhasil membalaskan dendam kekalahkan 1-0 di babak 16 besar Piala Dunia 2010.

Rabu, 10 November 2010

MATA KULIAH PAI 2

Kata nikah berasal dari bahasa arab yang didalam bahasa Indonesia sering diterjemahkan dengan perkawinan. Nikah menurut istilah syariat Islam adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki - laki dan perempuan yang tidak ada hubungan Mahram sehingga dengan akad tersebut terjadi hak dan kewjiban antara kedua insan.
Hubungan antara seorang laki - laki dan perempuan adalah merupakan tuntunan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk menghalalkan hubungan ini maka disyariatkanlah akad nikah. Pergaulan antara laki - laki dn perempuan yang diatur dengan pernikahan ini akan membawa keharmonisan, keberkahan dan kesejahteraan baik bagi laki - laki maupun perempuan, bagi keturunan diantara keduanya bahkan bagi masyarakat yang berada disekeliling kedua insan tersebut.
Berbeda dengan pergaulan antara laki - laki dan perempuan yang tidak dibina dengan sarana pernikahan akan membawa malapetaka baik bagi kedua insan itu, keturunannya dan masyarakat disekelilingnya. Pergaulan yang diikat dengan tali pernikahan akan membawa mereka menjadi satu dalam urusan kehidupan sehingga antara keduanya itu dapat menjadi hubungan saling tolong menolong, dapat menciptkan kebaikan bagi keduanya dan menjaga kejahatan yang mungkin akan menimpa kedua belah pihak itu. Dengan pernikahan seseorang juga akan terpelihara dari kebinasaan hawa nafsunya.
Allah SWT berfirman dalam surat An - Nisa Ayat 3 sebagai berikut :
Maka kawinilah wanita - wanita (lain) yang kamu senangi, dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan brlaku adil maka (kawinilah) seorang saja .” (An - Nisa : 3).
Ayat ini memerintahkan kepada orang laki - laki yang sudah mampu untuk melaksanakan nikah. Adapun yang dimaksud adil dalam ayat ini adalah adil didalam memberikan kepada istri berupa pakaian, tempat, giliran dan lain - lain yang bersifat lahiriah. Ayat ini juga menerangkan bahwa islam memperbolehkan poligami dengan syarat - syarat tertentu.
2. HUKUM DAN DALILNYA
Pada dasarnya Islam sangat menganjurkan kepada umatnya yang sudah mampu untuk menikah. Namun karena adanya beberapa kondisi yang bermacam - macam, maka hukum nikah ini dapat dibagi menjadi lima macam.
a. Sunnah, bagi orang yang berkehendak dan baginya yang mempunyai biaya sehingga dapat memberikan nafkah kepada istrinya dan keperluan - keperluan lain yang mesti dipenuhi.
b. Wajib, bagi orang yang mampu melaksanakan pernikahan dan kalau tidak menikah ia akan terjerumus dalam perzinaan.
Sabda Nabi Muhammad SAW. :
Hai golongan pemuda, barang siapa diantara kamu yang cukup biaya maka hendaklah menikah. Karena sesumgguhnya nikah itu enghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama.) dan memlihara kehormatan. Dan barang siapa yang tidak sanggup, maka hendaklah ia berpuasa. Karena puasa itu adalah perisai baginya.” (HR Bukhari Muslim).
c. Makruh, bagi orang yang tidak mampu untuk melaksanakan pernikahan Karena tidak mampu memberikan belanja kepada istrinya atau kemungkinan lain lemah syahwat.
Firman Allah SWT :
Hendaklah menahan diri orang - orang yang tidak memperoleh (biaya) untuk nikah, hingga Allah mencukupkan dengan sebagian karunia-Nya.” (An Nur / 24:33)
d. Haram, bagi orang yang ingin menikahi dengan niat untuk menyakiti istrinya atau menyia - nyiakannya. Hukum haram ini juga terkena bagi orang yang tidak mampu memberi belanja kepada istrinya, sedang nafsunya tidak mendesak.
e. Mubah, bagi orang - orang yang tidak terdesak oleh hal - hal yang mengharuskan segera nikah atau yang mengharamkannya.
3. SYARAT DAN RUKUN MUNAKAHAT
Rukun nikah ada lima macam, yaitu :
a. Calon suami
Calon suami harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
1) Beragama Islam
2) Benar - benar pria
3) Tidak dipaksa
4) Bukan mahram calon istri
5) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
6) Usia sekurang - kurangnya 19 Tahun
b. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat - syarat sebagai berikut :
1) Beragama Islam
2) Benar - benar perempuan
3) Tidak dipaksa,
4) Halal bagi calon suami
5) Bukan mahram calon suami
6) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
7) Usia sekurang - kurangnya 16 Tahun
c. Wali
Wali harus memenuhi syarat - syarat sebagi berikut :
1) Beragama Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Berakal Sehat
4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
5) Adil (tidak fasik)
6) Mempunyai hak untuk menjadi wali
7) Laki - laki
d. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus memenuhi syarat - syarat sebagai berikut :
1) Islam
2) Baligh (dewasa)
3) Berakal Sehat
4) Tidak sedang ihram, haji, atau umroh
5) Adil (tidak fasik)
6) Mengerti maksud akad nikah
7) Laki - laki
Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi tidak sah. Sabda Nabi SAW. :
Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil.” (Riwayat Ahmad.)
e. Ijab dan Qabul
ZZ Allah dan kamu menghalalkan mereka dengan kalimat Allah”. (HR. Muslim).
4. HIKMAH DAN TUJUAN
1. Perkawinan Dapat Menentramkan Jiwa
Dengan perkawinan orang dapat memnuhi tuntutan nasu seksualnya dengan rasa aman dan tenang, dalam suasana cinta kasih, dan ketenangan lahir dan batin.
Firman Allah SWT :
Dan diantara tanda - tanda kekuasaa-Nya ialah dia menciptkan istri - istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya.” (Ar Rum/30:21)
2. Perkawinan dapat Menghindarkan Perbuatan maksiad.
Salah satu kodrat manusia adalah penyaluran kodrat biologis. Dorongan biologis dalam rangka kelangsugan hidup manusia berwujud nafsu seksual yang harus mendapat penyaluran sebagaimana mestinya. Penyaluran nafsu seksual yang tidak semestinya akan menimbulkan berbagai perbuatan maksiat, seperti perzinaan yang dapat megakibatkan dosa dan beberapa penyakit yang mencelakakan. Dengan melakukan perkawinan akan terbuaka jalan untuk menyalurkan kebutuhan biologis secara benar dan terhindar dari perbuatan - pebuatan maksiad.
3.Perkawinan untuk Melanjutkan Keturunan
Dalam surah An Nisa ayat 1 ditegaskan bahwa manusia diciptakan dari
yang satu, kemudian dijadika baginya istri, dan dari keduanya itu berkembang biak menjadi manusia yang banyak, terdiri dari laki - laki dan perempuan.
Memang manusia bisa berkembang biak tanpa melalui pernikahan, tetapi akibatnya akan tidak jelas asal usulnya / jalur silsilah keturunannya. Dengan demikian, jelas bahwa perkawinan dapat melestarikan keturunan dan menunjang nilai - nilai kemanusiaan.

Kamis, 11 November 2010

Pidato Presiden Barack Obama di UI


Terima kasih. Terima kasih, thank you so much, thank you, everybody. Selamat pagi. (Applause.) It is wonderful to be here at the University of Indonesia. To the faculty and the staff and the students, and to Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, thank you so much for your hospitality. (Applause.)

Assalamualaikum dan salam sejahtera. Thank you for this wonderful welcome. Thank you to the people of Jakarta and thank you to the people of Indonesia.

Pulang kampung nih. (Applause.) I am so glad that I made it back to Indonesia and that Michelle was able to join me. We had a couple of false starts this year, but I was determined to visit a country that’s meant so much to me. And unfortunately, this visit is too short, but I look forward to coming back a year from now when Indonesia hosts the East Asia Summit. (Applause.)

Before I go any further, I want to say that our thoughts and prayers are with all of those Indonesians who are affected by the recent tsunami and the volcanic eruptions -- particularly those who’ve lost loved ones, and those who’ve been displaced. And I want you all to know that as always, the United States stands with Indonesia in responding to natural disasters, and we are pleased to be able to help as needed. As neighbors help neighbors and families take in the displaced, I know that the strength and the resilience of the Indonesian people will pull you through once more.

Let me begin with a simple statement: Indonesia bagian dari diri saya. (Applause.) I first came to this country when my mother married an Indonesian named Lolo Soetoro. And as a young boy I was -- as a young boy I was coming to a different world. But the people of Indonesia quickly made me feel at home.
Jakarta -- now, Jakarta looked very different in those days. The city was filled with buildings that were no more than a few stories tall. This was back in 1967, ’68 -- most of you weren’t born yet. (Laughter.) The Hotel Indonesia was one of the few high rises, and there was just one big department store called Sarinah. That was it. (Applause.) Becaks and bemos, that’s how you got around. They outnumbered automobiles in those days. And you didn’t have all the big highways that you have today. Most of them gave way to unpaved roads and the kampongs.

So we moved to Menteng Dalam, where -- (applause) -- hey, some folks from Menteng Dalam right here. (Applause.) And we lived in a small house. We had a mango tree out front. And I learned to love Indonesia while flying kites and running along the paddy fields and catching dragonflies, buying satay and baso from the street vendors. (Applause.) I still remember the call of the vendors. Satay! (Laughter.) I remember that. Baso! (Laughter.) But most of all, I remember the people -- the old men and women who welcomed us with smiles; the children who made a foreign child feel like a neighbor and a friend; and the teachers who helped me learn about this country.

Because Indonesia is made up of thousands of islands, and hundreds of languages, and people from scores of regions and ethnic groups, my time here helped me appreciate the common humanity of all people. And while my stepfather, like most Indonesians, was raised a Muslim, he firmly believed that all religions were worthy of respect. And in this way -- (applause) -- in this way he reflected the spirit of religious tolerance that is enshrined in Indonesia’s Constitution, and that remains one of this country’s defining and inspiring characteristics. (Applause.)

Now, I stayed here for four years -- a time that helped shape my childhood; a time that saw the birth of my wonderful sister, Maya; a time that made such an impression on my mother that she kept returning to Indonesia over the next 20 years to live and to work and to travel -- and to pursue her passion of promoting opportunity in Indonesia’s villages, especially opportunity for women and for girls. And I was so honored -- (applause) -- I was so honored when President Yudhoyono last night at the state dinner presented an award on behalf of my mother, recognizing the work that she did. And she would have been so proud, because my mother held Indonesia and its people very close to her heart for her entire life. (Applause.)

So much has changed in the four decades since I boarded a plane to move back to Hawaii. If you asked me -- or any of my schoolmates who knew me back then -- I don’t think any of us could have anticipated that one day I would come back to Jakarta as the President of the United States. (Applause.) And few could have anticipated the remarkable story of Indonesia over these last four decades.

The Jakarta that I once knew has grown into a teeming city of nearly 10 million, with skyscrapers that dwarf the Hotel Indonesia, and thriving centers of culture and of commerce. While my Indonesian friends and I used to run in fields with water buffalo and goats -- (laughter) -- a new generation of Indonesians is among the most wired in the world -- connected through cell phones and social networks. And while Indonesia as a young nation focused inward, a growing Indonesia now plays a key role in the Asia Pacific and in the global economy. (Applause.)

Now, this change also extends to politics. When my stepfather was a boy, he watched his own father and older brother leave home to fight and die in the struggle for Indonesian independence. And I’m happy to be here on Heroes Day to honor the memory of so many Indonesians who have sacrificed on behalf of this great country. (Applause.)

When I moved to Jakarta, it was 1967, and it was a time that had followed great suffering and conflict in parts of this country. And even though my stepfather had served in the Army, the violence and killing during that time of political upheaval was largely unknown to me because it was unspoken by my Indonesian family and friends. In my household, like so many others across Indonesia, the memories of that time were an invisible presence. Indonesians had their independence, but oftentimes they were afraid to speak their minds about issues.

In the years since then, Indonesia has charted its own course through an extraordinary democratic transformation -- from the rule of an iron fist to the rule of the people. In recent years, the world has watched with hope and admiration as Indonesians embraced the peaceful transfer of power and the direct election of leaders. And just as your democracy is symbolized by your elected President and legislature, your democracy is sustained and fortified by its checks and balances: a dynamic civil society; political parties and unions; a vibrant media and engaged citizens who have ensured that -- in Indonesia -- there will be no turning back from democracy.

But even as this land of my youth has changed in so many ways, those things that I learned to love about Indonesia -- that spirit of tolerance that is written into your Constitution; symbolized in mosques and churches and temples standing alongside each other; that spirit that’s embodied in your people -- that still lives on. (Applause.) Bhinneka Tunggal Ika -- unity in diversity. (Applause.) This is the foundation of Indonesia’s example to the world, and this is why Indonesia will play such an important part in the 21st century.

So today, I return to Indonesia as a friend, but also as a President who seeks a deep and enduring partnership between our two countries. (Applause.) Because as vast and diverse countries; as neighbors on either side of the Pacific; and above all as democracies -- the United States and Indonesia are bound together by shared interests and shared values.

Yesterday, President Yudhoyono and I announced a new Comprehensive Partnership between the United States and Indonesia. We are increasing ties between our governments in many different areas, and -- just as importantly -- we are increasing ties among our people. This is a partnership of equals, grounded in mutual interests and mutual respect.

So with the rest of my time today, I’d like to talk about why the story I just told -- the story of Indonesia since the days when I lived here -- is so important to the United States and to the world. I will focus on three areas that are closely related, and fundamental to human progress -- development, democracy and religious faith.

First, the friendship between the United States and Indonesia can advance our mutual interest in development.

When I moved to Indonesia, it would have been hard to imagine a future in which the prosperity of families in Chicago and Jakarta would be connected. But our economies are now global, and Indonesians have experienced both the promise and the perils of globalization: from the shock of the Asian financial crisis in the ‘90s, to the millions lifted out of poverty because of increased trade and commerce. What that means -- and what we learned in the recent economic crisis -- is that we have a stake in each other’s success.

America has a stake in Indonesia growing and developing, with prosperity that is broadly shared among the Indonesian people -- because a rising middle class here in Indonesia means new markets for our goods, just as America is a market for goods coming from Indonesia. So we are investing more in Indonesia, and our exports have grown by nearly 50 percent, and we are opening doors for Americans and Indonesians to do business with one another.

America has a stake in an Indonesia that plays its rightful role in shaping the global economy. Gone are the days when seven or eight countries would come together to determine the direction of global markets. That’s why the G20 is now the center of international economic cooperation, so that emerging economies like Indonesia have a greater voice and also bear greater responsibility for guiding the global economy. And through its leadership of the G20’s anti-corruption group, Indonesia should lead on the world stage and by example in embracing transparency and accountability. (Applause.)

America has a stake in an Indonesia that pursues sustainable development, because the way we grow will determine the quality of our lives and the health of our planet. And that’s why we’re developing clean energy technologies that can power industry and preserve Indonesia’s precious natural resources -- and America welcomes your country’s strong leadership in the global effort to combat climate change.
Above all, America has a stake in the success of the Indonesian people. Underneath the headlines of the day, we must build bridges between our people, because our future security and prosperity is shared. And that is exactly what we’re doing -- by increasing collaboration among our scientists and researchers, and by working together to foster entrepreneurship. And I’m especially pleased that we have committed to double the number of American and Indonesian students studying in our respective countries. (Applause.) We want more Indonesian students in American schools, and we want more American students to come study in this country. (Applause.) We want to forge new ties and greater understanding between young people in this young century.

These are the issues that really matter in our daily lives. Development, after all, is not simply about growth rates and numbers on a balance sheet. It’s about whether a child can learn the skills they need to make it in a changing world. It’s about whether a good idea is allowed to grow into a business, and not suffocated by corruption. It’s about whether those forces that have transformed the Jakarta I once knew -- technology and trade and the flow of people and goods -- can translate into a better life for all Indonesians, for all human beings, a life marked by dignity and opportunity.

Now, this kind of development is inseparable from the role of democracy.
Today, we sometimes hear that democracy stands in the way of economic progress. This is not a new argument. Particularly in times of change and economic uncertainty, some will say that it is easier to take a shortcut to development by trading away the right of human beings for the power of the state. But that’s not what I saw on my trip to India, and that is not what I see here in Indonesia. Your achievements demonstrate that democracy and development reinforce one another.
Like any democracy, you have known setbacks along the way. America is no different. Our own Constitution spoke of the effort to forge a “more perfect union,” and that is a journey that we’ve traveled ever since. We’ve endured civil war and we struggled to extend equal rights to all of our citizens. But it is precisely this effort that has allowed us to become stronger and more prosperous, while also becoming a more just and a more free society.

Like other countries that emerged from colonial rule in the last century, Indonesia struggled and sacrificed for the right to determine your destiny. That is what Heroes Day is all about -- an Indonesia that belongs to Indonesians. But you also ultimately decided that freedom cannot mean replacing the strong hand of a colonizer with a strongman of your own.

Of course, democracy is messy. Not everyone likes the results of every election. You go through your ups and downs. But the journey is worthwhile, and it goes beyond casting a ballot. It takes strong institutions to check the power -- the concentration of power. It takes open markets to allow individuals to thrive. It takes a free press and an independent justice system to root out abuses and excess, and to insist on accountability. It takes open society and active citizens to reject inequality and injustice.

These are the forces that will propel Indonesia forward. And it will require a refusal to tolerate the corruption that stands in the way of opportunity; a commitment to transparency that gives every Indonesian a stake in their government; and a belief that the freedom of Indonesians -- that Indonesians have fought for is what holds this great nation together.

That is the message of the Indonesians who have advanced this democratic story -- from those who fought in the Battle of Surabaya 55 years ago today; to the students who marched peacefully for democracy in the 1990s; to leaders who have embraced the peaceful transition of power in this young century. Because ultimately, it will be the rights of citizens that will stitch together this remarkable Nusantara that stretches from Sabang to Merauke, an insistence -- (applause) -- an insistence that every child born in this country should be treated equally, whether they come from Java or Aceh; from Bali or Papua. (Applause.) That all Indonesians have equal rights.

That effort extends to the example that Indonesia is now setting abroad. Indonesia took the initiative to establish the Bali Democracy Forum, an open forum for countries to share their experiences and best practices in fostering democracy. Indonesia has also been at the forefront of pushing for more attention to human rights within ASEAN. The nations of Southeast Asia must have the right to determine their own destiny, and the United States will strongly support that right. But the people of Southeast Asia must have the right to determine their own destiny as well. And that’s why we condemned elections in Burma recently that were neither free nor fair. That is why we are supporting your vibrant civil society in working with counterparts across this region. Because there’s no reason why respect for human rights should stop at the border of any country.

Hand in hand, that is what development and democracy are about -- the notion that certain values are universal. Prosperity without freedom is just another form of poverty. Because there are aspirations that human beings share -- the liberty of knowing that your leader is accountable to you, and that you won’t be locked up for disagreeing with them; the opportunity to get an education and to be able to work with dignity; the freedom to practice your faith without fear or restriction. Those are universal values that must be observed everywhere.

Now, religion is the final topic that I want to address today, and -- like democracy and development -- it is fundamental to the Indonesian story.

Like the other Asian nations that I’m visiting on this trip, Indonesia is steeped in spirituality -- a place where people worship God in many different ways. Along with this rich diversity, it is also home to the world’s largest Muslim population -- a truth I came to know as a boy when I heard the call to prayer across Jakarta.
Just as individuals are not defined solely by their faith, Indonesia is defined by more than its Muslim population. But we also know that relations between the United States and Muslim communities have frayed over many years. As President, I have made it a priority to begin to repair these relations. (Applause.) As part of that effort, I went to Cairo last June, and I called for a new beginning between the United States and Muslims around the world -- one that creates a path for us to move beyond our differences.

I said then, and I will repeat now, that no single speech can eradicate years of mistrust. But I believed then, and I believe today, that we do have a choice. We can choose to be defined by our differences, and give in to a future of suspicion and mistrust. Or we can choose to do the hard work of forging common ground, and commit ourselves to the steady pursuit of progress. And I can promise you -- no matter what setbacks may come, the United States is committed to human progress. That is who we are. That is what we’ve done. And that is what we will do. (Applause.)

Now, we know well the issues that have caused tensions for many years -- and these are issues that I addressed in Cairo. In the 17 months that have passed since that speech, we have made some progress, but we have much more work to do.

Innocent civilians in America, in Indonesia and across the world are still targeted by violent extremism. I made clear that America is not, and never will be, at war with Islam. Instead, all of us must work together to defeat al Qaeda and its affiliates, who have no claim to be leaders of any religion –-- certainly not a great, world religion like Islam. But those who want to build must not cede ground to terrorists who seek to destroy. And this is not a task for America alone. Indeed, here in Indonesia, you’ve made progress in rooting out extremists and combating such violence.

In Afghanistan, we continue to work with a coalition of nations to build the capacity of the Afghan government to secure its future. Our shared interest is in building peace in a war-torn land -- a peace that provides no safe haven for violent extremists, and that provide hope for the Afghan people.

Meanwhile, we’ve made progress on one of our core commitments -- our effort to end the war in Iraq. Nearly 100,000 American troops have now left Iraq under my presidency. (Applause.) Iraqis have taken full responsibility for their security. And we will continue to support Iraq as it forms an inclusive government, and we will bring all of our troops home.

In the Middle East, we have faced false starts and setbacks, but we’ve been persistent in our pursuit of peace. Israelis and Palestinians restarted direct talks, but enormous obstacles remain. There should be no illusion that peace and security will come easy. But let there be no doubt: America will spare no effort in working for the outcome that is just, and that is in the interests of all the parties involved -- two states, Israel and Palestine, living side by side in peace and security. That is our goal. (Applause.)

The stakes are high in resolving all of these issues. For our world has grown smaller, and while those forces that connect us have unleashed opportunity and great wealth, they also empower those who seek to derail progress. One bomb in a marketplace can obliterate the bustle of daily commerce. One whispered rumor can obscure the truth and set off violence between communities that once lived together in peace. In an age of rapid change and colliding cultures, what we share as human beings can sometimes be lost.

But I believe that the history of both America and Indonesia should give us hope. It is a story written into our national mottos. In the United States, our motto is E pluribus unum -- out of many, one. Bhinneka Tunggal Ika -- unity in diversity. (Applause.) We are two nations, which have traveled different paths. Yet our nations show that hundreds of millions who hold different beliefs can be united in freedom under one flag. And we are now building on that shared humanity -- through young people who will study in each other’s schools; through the entrepreneurs forging ties that can lead to greater prosperity; and through our embrace of fundamental democratic values and human aspirations.

Before I came here, I visited Istiqlal mosque -- a place of worship that was still under construction when I lived in Jakarta. And I admired its soaring minaret and its imposing dome and welcoming space. But its name and history also speak to what makes Indonesia great. Istiqlal means independence, and its construction was in part a testament to the nation’s struggle for freedom. Moreover, this house of worship for many thousands of Muslims was designed by a Christian architect. (Applause.)

Such is Indonesia’s spirit. Such is the message of Indonesia’s inclusive philosophy, Pancasila. (Applause.) Across an archipelago that contains some of God’s most beautiful creations, islands rising above an ocean named for peace, people choose to worship God as they please. Islam flourishes, but so do other faiths. Development is strengthened by an emerging democracy. Ancient traditions endure, even as a rising power is on the move.

That is not to say that Indonesia is without imperfections. No country is. But here we can find the ability to bridge divides of race and region and religion -- by the ability to see yourself in other people. As a child of a different race who came here from a distant country, I found this spirit in the greeting that I received upon moving here: Selamat Datang. As a Christian visiting a mosque on this visit, I found it in the words of a leader who was asked about my visit and said, “Muslims are also allowed in churches. We are all God’s followers.”

That spark of the divine lives within each of us. We cannot give in to doubt or cynicism or despair. The stories of Indonesia and America should make us optimistic, because it tells us that history is on the side of human progress; that unity is more powerful than division; and that the people of this world can live together in peace. May our two nations, working together, with faith and determination, share these truths with all mankind.

Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia: terima kasih atas. Terima kasih. Assalamualaikum. Thank you.

Artikel di atas adalah pidato Presiden Barack Obama di UI, Depok, 10 November 2010 yang saya kutip dari situs www.america.gov .