Sabtu, 09 Oktober 2010

Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW membawa agama yang suci lagi penuh kelapangan serta syariat yang lengkap dan menjamin bagi manusia kehidupan bersih lagi mulia serta menyampaikan mereka ke puncak ketinggian dan kesempurnaan.
Dalam tempo 23 tahun, Islam yang dibawa oleh AR Rasul SAW telah mampu menembus batas-batas wilayah. Risalah Islam bukanlah merupakan risalah setempat dan terbatas, yang khusus bagi suatu generasi atau suku bangsa sebagaimana halnya risalah-risalah yang sebelumnya, tapi ia adalah risalah yang universal yang mencakup seluruh umat manusia sampai akhirnya bumi dan segala isinya ini diambil kembali oleh Allah Ta’ala.
Allah SWT berfirman :
تـبارك الذي نزل الفـرقان على عبده ليـكون للعـا لمين نذيرا.
Artinya : “Maha berkah Allah yang telah menurunkan Kitab Al-Furqon kepada hamba-Nya, agar ia jadi juru nasehat bagi seluruh dunia”. (QS. Al-Furqan: 1)

قل يا ايها الناس انـى رسول الله إليـكم جميـعا.
Artinya :`“Katakan : Hai manusia ! Saya adalah utusan Allah kepada kamu semua”. (QS. Al-A’raf: 58)

Diterangkan dalam hadits bahwa :

وكان كل نـبى يبعـث إلى قومـه خاصة وبـعثت إلى الناس كا فـة .
Artinya : “Setiap Nabi dikirim khusus kepada bangsanya, tetapi saya dikirim baik kepada bangsa berkulit merah maupun hitam”. (HR. Bukhari dan Muslum)

Karunia yang amat sangat besar diberikan Allah SWT kepada Baginda Rasul SAW adalah Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah Kalam Allah yang tiada tandingnya (mukjizat) SAW, penutup para nabi dan rasul dengan perantara Jibril sebagai Undang –undang bagi umat manusia dan petunjuk atas kebenaran rasul dan penjelasan kenabian dan kerasulannya, juga sebagai hujjah (dasar) yang kuat dihari kemudian bahwa Al-Quran itu benar-benar diturunkan di Allah Swt yang memindahkan semua generasi dan bangsa sepanjang masa.


Kebesaran Al-Qur’an adalah :

1. Sebagai Mukjizat.
Kata Mukjizat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Kata mukjizat tersebut terambil dari bahasa Arab (A’jaza) yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz dan bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, maka ia dinamakan (Mu’jizat).
Tambahan ( ة ) “Ta marbuthah" pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah, supalative.
Pakar Islam mendifinisikan mukjizat sebagia “Suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku sebagai nabi sebagai bukti kebenarannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan tersebut”. Dengan demikian unsur penting yang menyertai mukjizat adalah :

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.
2. Terjadi atau di paparkan oleh seseorang yang mengaku nabi.
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.

Mukjizat ditampilkan oleh Tuhan melalui nabi-nabi Nya tidak lain adalah untuk membuktikan kebenaran ajaran Ilahi yang dibawa oleh masing-masing nabi tersebut. Dengan demikian mengandung 2 konsekuensi :
Pertama : Bagi yang tidak percaya kepada nabi, maka ia tidak lagi membutuhkan mukjizat, malah akan memperkuat keimanan serta menambah keyakinan pada kekuasaan Allah SWT.
Kedua : Para Nabi sejak Adam AS hingga Nabi Isa AS diutus untuk suatu kurun tertentu serta masyarakat tertentu.
Secara garis besar mukjizat dibagi dalam 2 bagian pokok yaitu :
1. Bersifat Material Indrawi lagi tidak kekal.
2. Bersifat Immaterial, dapat dibuktikan sepanjang masa.


Mukjizat Nabi-nabi terdahulu kesemuanya merupakan jenis pertama seperti gambaran kisah Nabi Nuh AS dengan perahunya, Nabi Musa dengan tongkatnya, Nabi Isa yang dapat menyembuhkan penyakit kusta, menghidupkan orang mati. Kesemuanya bersifat Material Indrawi. Terbatas pada lokasi tempat nabi tersebut berada, dan berakhir dengan wafatnya Nabi-nabi dimaksud. Ini berbeda dengan mik’jizat Al-Qur’an yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, sifatnya bukan indrawi atau material, Namun dapat difahami oleh akal, kapan dan dimana saja. Perbedaan ini disebabkan oleh dua hal pokok :

a. Para Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad ditugaskan untuk masyarakat dengan masa tertentu. Karena itu mukjizatnya hanya berlaku untuk masyarakat dan masa tertentu. Sementara Nabi Muhammad untuk seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
b. Manusia mengalami perkembangan dalam alam pikiran, yang menurut Auguste Comte ( 1798 – 1857 ) terbagi pada tiga bagian atau fase yaitu fase pertama adalah fase keagamaan, segala yang terjadi dikembalikan pada kekuatan Tuhan, Dewa. Fase kedua adalah fase metafisika; suatu kejadian dikembalikan pada prinsip dasar atau awalnya manusia, pohon, binatang dan sebagainya. Fase ketiga dalah fase ilmiah, dimana manusia menafsirkan fenomena yang ada berdasarkan pengamatan yang teliti.

2. Sebagai Firman Allah SWT.
Yaitu Al-Qur’an dipahami sebagai sepenggal dari ayat-ayat atau keseluruhaan dari firman-Nya. Sehingga yang dimaksud dengan Al-Qur’an adalah minimal satu surah walaupun pendek. Dalam kaitannya dengan keberadaan Al-Qur’an ini, para Kafir Quraisy menantang, menyangsikan, format bahasa Al-Qur’an tersebut, sehingga Allah berfirman :
وان كنـتم في ريـب مـما نزلنا على عـبدنا فأتو بسورة من مثـلـه وادعوا شهدا ءكم من دو ن الله ان كنـتم صدقـين.
“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguaan tentang Al-Qur’an yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad SAW), maka buatlah satu surah (saja) yang semisal Al-Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu itu selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang memang benar”. (QS. Al-Baqarah : 24)

Selanjutnya dijelaskan Al-Qu’an :

قل لئن اجـتمعت الإنس والجن على ان يأتوا بـمثل هذا لقرأن لا يأتون بـمثله ولـو كان بـعضهم لبـعض ظهيـر.

“Katakan (sampaikanlah), seandainya manusia dan jin berhimpun untuk menyusun semacam Al-Qur’an ini, mereka tidak akan mampu melakukanya, walaupun mereka saling membantu “. (QS. Al-Isra’ : 88)

ونـزلنا عليك الكتاب تبـيانا لكل شيء .
“Dan Kami turunkan kitab suci Al-qur’an untuk menerangkan segala sesuatu.” (QS. An-Nahal: 89 )
ما فرطنا فى الكـتاب من شيء
“Tidak satupun yang Kami lewatkan dalam kitab”. (QS. Al-An’am: 38)

إنا أنز لنا إليك الكتاب بالحق لتحكم بـين الناس بـما أراك الله .
“Sungguh telah Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an membawa kebenaran, agar kamu dapat menggariskan hukuman bagi manusia dengan petunjuk yang telah diberikan Allah.” (QS. An-Nisa’: 105)
ومـا كان هذا القـران أن يـفـتر من دون الله ولكن تصديـق الذي بـيـن يديـه وتفصيل الكتا ب لاريـب فيـه من رب العالمـيـن .
“Tidaklah mungkin Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi Al-Qur’an ini membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan didalamnya, diturunkan dari Tuhan semesta alam.” (QS. Yunus : 37)

3. Aspek Keilmiahan.
Kemukjizatan ilmiah Al-qur’an bukanlah terletak pada pencakupan akan teori “ilmiah yang selalu baru dan berubah serta menampakkan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan.Tetapi terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal.

Al-qur’an mendorong manusia agar memperhatikan dan memikirkan alam. Dan tidak ada sebuahpun dari kitab-kitab agama terdahulu memberikan jaminan demikian seperti yang diberikan Al-Qur’an. Semua persoalan atau kaidah ilmu pengetahuan yang telah mantap dan meyakinkan merupakan manifestasi dari pemikiran valid yang dianjurkan Al-Qur’an dan tak ada pertentangan sedikitpun dengannya.
Allah SWT berfirman :

سـنريـهم أياتـنا فى الا فاق وفي أنـفسهم حـتى يـتبـين لهم أنـه الحق
“Akan Kami perlihatkan kepada mereka bukti-bukti Kami disegala pelosok, begitupun pada diri mereka sendiri hingga nyata bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu yang hak.” (QS. Fushilat: 53)

Dalam kaitannya dengan aspek akal, ilmu. Al-Qur’an menyebutkan kata ilmu sebanyak: 854 kali. Materi akal dalam Al-Qur’an terulan sebanyak : 49 kali. Kata kerja Ta’qilun terulang sebanyak : 24 kali. Kata kerja Ya’qilun sebanyak : 22 kali. Kata kerja ‘Aqola, Na’qola dan Ya’qilu masing-masing : 1 kali. Bentuk Afala Ta’qilun terulang sebanyak 13 kali.
4. Membacanya Sebagai Ibadah.
Allah SWT berfirman :
فـا قـرءوا ما تـيسر من القـران .
“Maka bacalah apa yang mudah bagimu dari Qur’an itu” (QS. Al-Muzzammil: 20)

Nabi SAW bersabda :
أفضل عـبادة عمـتـي قرأة القـرأن
“Seutama ibadah ummatku adalah membaca Al-Qur’an.”

من قرأ حرفا من كتاب الله تعـالى فله حسنة, والحسنة بعشر أمثالـها, لا أقول ألــم حرف, ولكن ألـف حرف, ولام حرف, ومـيم حرف.

“Barang siapa membaca satu huruf dari Qur’an, dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf dan miim satu huruf.” (HR. Tarmizi dari Ibnu Mas’ud)

Bagaimana memahami kemukjizatan Al-Qur’an :

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman bukti-bukti itu :

1. Kepribadian Nabi Muhammad SAW :
Dalam hadits dijelaskan :
أنا رحـمة مـهداة
“Aku merupakan rahmat yang dianugerahkan”.

ومـا يـنطق عـن الـهوى ان هو الا وحـي يـوحى.
“Tidaklah ia bicara dari kemauan hawa nafsu. Al-Qur’an itu tidak lain dari wahyu yang disampaikan kepadanya”. (Q.S. An-Najm: 3-4)
لـقد كان لكم في رسول الله أسوة حسـنـة
“Sesungguhnya pada diri Rasullulah itu menjadi contoh utama”. (QS. Al-Ahzab: 21)
أدبنى رب فأحسن تأد يـبي
“Akhlakku sebaik-baik didikan yang didik oleh Allah SWT”.

2. Kondisi masyarakat pada saat turunnya
Al-Qur’an menamai masyarakat pada saat itu sebagai masyarakat Ummiyyin. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata Ummiyin yang terambil dari kata Ummiy yang arti harfiahnya adalah Ibu, dalam arti bahwa seorang Ummiy adalah yang keadaannya sama dengan keadaan saat dilahirkan oleh ibunya dalam hal kemampuan membaca dan menulis sangat minim.
3. Masa dan turunnya Al-Qur’an.
Masa turunnya Al-Qur’an kurang lebih 23 tahun. Dalam kaitan ini dikatakan bahwa 13 tahun di Mekah dan 10 tahun di Madinah. Sehingga terhadap turunnya Al-Qur’an ini dikenal apa yang disebut dengan ayat “Makkiyyah” dan ayat “Madaniyyah”. Hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap adalah :

a. Menguatkan dan meneguhkan hati Rasul SAW.
Allah SWT telah menjelaskan kepada Rasul akan hukum-hukum-Nya yang berkenaan dengan para nabi terdahulu yang didustakan dan dianiaya oleh kaum mereka tetapi mereka tetap bersabar.

وكلا نـقص عـليك من انـباء الرسل مانـثبت به فؤا دك .
“Dan kisah-kisah para Rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu”. (QS. Huud : 120)

b. Tantangan dan Mukjizat.
Orang-orang kafir Quraisy sering menunjukkan kesombongannya sehingga ingin menentang dan ditantang oleh Nabi tapi tak bisa menunjukkan buktinya seperti pembuatan ayat-ayat Al-qur’an. Dan mukjizat Nabi cukup banyak.
c. Mempermudah hafalan dan pemahaman.
d. Kesesuaian dengan peristiwa-peristiwa dan pentahapan dalam penetapan hukum.
e. Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah SWT.


Pontianak, 16 Februari 2008
Wassalam,
Ketua MABM (Majelis Adat Budaya Melayu)
Kota Pontianak



Ir. Bambang Mulyadi Alhinduan, MBA