Benarkah Sedna Planet Kesepuluh?
TATA surya adalah suatu sistem dengan Matahari sebagai pusat dan dikelilingi planet-planet dan benda-benda antarplanet seperti komet, asteroid dan meteoroid. Kita telah mengenal ada sembilan planet yang mengelilingi Matahari dari yang terdekat dari Matahari yaitu Merkuris, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
Planet Merkurius, Venus, Mars, Jupiter dan Saturnus dapat kita lihat dengan mata telanjang (tanpa menggunakan teleskop), karena ukuran dan jaraknya dari bumi masih dalam jangkauan penglihatan. Planet tersebut tampak bersinar di langit. Para astronom telah mempelajari kelima planet tersebut selama ribuan tahun.
Setelah penemuan teleskop, ketiga planet lainnya ditemukan. Herschel menemukan Uranus pada 13 Maret 1781 di malam hari. Neptunus ditemukan berdasarkan perhitungan Jhon Couch Adams dan Le Verrier dan dilihat pertama kali di langit pada tanggal 23 September 1846 oleh Johann G. Galle (1812 - 1910), asisten kepala observatorium Berlin.
Pluto ditemukan berdasarkan perhitungan ahli matematika, Percival Lowell, dan dilihat pertama kali di langit oleh Clyde W. Tombaugh pada tanggal 13 Maret 1930. Mereka berdua bekerja di observatorium Lowell, Arizona, AS. Setelah penemuan Pluto, para astronom berusaha untuk mencari planet kesepuluh.
Para astronom yang terdiri dari Mike Brown (Caltech), Chad Trujillo (observatorium Gemini) dan David Rabinowitz (Universitas Yale) dengan menggunakan teleskop Samuel Oschin di observatorium Palomar, San Diego, telah berhasil menemukan planet kesepuluh yang diberi nama 2003 VB12 atau yang dikenal dengan nama Sedna. Temuan mereka terjadi pada tanggal 14 November 2003.
Penamaan Sedna mengambil nama Dewi Samudra bangsa Inuit. Tetapi sampai sekarang ini, beberapa astronom masih memperdebatkan apakah Sedna merupakan suatu planet ataukah sebagai suatu asteroid atau komet dengan mempertimbangkan ukuran dan orbitnya. Kejadian sama terjadi ketika pertama kali ditemukan Planet Pluto. Dahulu para astronom memperdebatkannya. Bahkan hingga kini masih ada menganggap Pluto bukan planet tapi asteroid, meski ada pula yang berpendapat Pluto sebagai planet kesembilan.
Begitu pula dengan "nasib" planet Sedna. Beberapa astronom menganggap, Sedna adalah planet yang kesepuluh, di pihak lain ada yang berpendapat Sedna bukan suatu planet, tetapi planetoid. Perdebatan itu berlangsung sampai sekarang. Kita tunggu saja informasi selanjutnya mengenai Sedna, sehingga tidak menjadi konflik yang berkepanjangan antara para astronom seperti yang dialami ketika pertama kali Pluto ditemukan.
Dengan menggunakan teleskop ruang angkasa Spitzer Space Telescope, diketahui Sedna berada di awan Oort. Tepatnya berjarak tiga kali jarak Pluto ke matahari, yaitu sekira 17 miliar km (90 AU). Karena jaraknya yang jauh dari Matahari, permukaan Sedna memiliki temperatur minus 400 derajat Fahrenheit (-240 derajat Celsius). Diameter Sedna hampir sama dengan diameter Pluto dan kemungkinan menurut astronom bisa lebih besar yaitu sekira 1.180 - 2.360 km (730 - 1.470 mil).
Untuk dapat melihat Sedna diperlukan teropong dengan diameter dan panjang fokus yang besar serta dengan CCD yang beresolusi tinggi. Sayangnya Indonesia tidak dapat melihat Sedna karena keterbatasan alat yang dimiliki. Posisi Sedna berada di arah Selatan-Barat (Barat Daya), di dekat Planet Mars dan Venus dengan magnitudo 20,5 dengan menggunakan filter R, seperti yang ditunjukkan pada gambar.
Tidak sepaham Meski ada perbedaan anggapan terhadap Sedna, para astronom berpendapat sama, Sedna merupakan anggota tata surya kita. Hal ini dapat ditunjukkan dari orbitnya yang mengelilingi Matahari. Selain itu, jaraknya yang relatif dekat dengan Matahari dibanding dengan jarak bintang terdekat yaitu Alpha Century sekira 4,4 tahun cahaya (41,6 triliun km). Tetapi apakah Sedna merupakan planet, ini masih diperdebatkan sampai sekarang ini.
Ada sekelompok astronom mendefinisikan planet sebagai benda langit yang bergerak mengelilingi matahari. Kalau mengacu definisi tersebut berarti planet yang dikenal sekarang ini bukan sembilan planet saja, tapi lebih dari ratusan planet. Ada juga yang berpendapat, benda langit dikatakan sebagai planet kalau massa benda tersebut lebih massive (padat) dibanding dengan dengan massa total benda-benda langit di sekitarnya dalam orbit yang sama. Contohnya bulan atau satelit yang memiliki orbit yang sama dengan orbit bumi mengelilingi Matahari. Karena Bumi lebih massive dibandingkan Bulan, maka bulan bukanlah suatu planet.
Begitu pula dengan Pluto yang berada di daerah Kuiper Belt. Massa Pluto dibandingkan dengan massa total benda-benda langit di daerah tersebut lebih kecil, sehingga Pluto bukan disebut planet. Kalau kita mengacu dengan definisi ini berarti hanya ada delapan planet yang telah ditemukan sampai sekarang.
Ketidakseragaman pendapat para astronom mengenai definisi dari planet menimbulkan perdebatan, apakah Sedna termasuk ke dalam planet atau bukan? Saran penulis, tetapkan secara universal mengenai definisi planet, sehingga tidak terjadi perbedaan definisi di antara para astronom.
Jika ditinjau dari komposisi kimia, Sedna terdiri dari es beku, metana beku, dan lain sebagainya. Komposisi ini sama halnya dengan komposisi yang dimiliki planet. Di sisi lain, Sedna tampak berwarna merah seperti planet Mars. Hal ini membingungkan astronom, apakah komposisi kimianya sama dengan Mars?
Sedna juga terdiri dari es beku, yang merupakan komposisi kimia yang dimiliki oleh komet. Tapi Sedna bukanlah komet, karena komet akan mengembuskan gas yang berpijar jika mendekati Matahari dan tampak dari Bumi seperti ekor. Sedna ternyata tidak demikian walaupun orbitnya hampir sama dengan komet. Lantas bagaimana dengan asteroid. Apakah Sedna adalah asteroid? Jelas bukan, karena periode orbit Sedna normal dan teratur dibandingkan dengan asteroid.
Jika bukan komet atau asteroid, berarti Sedna adalah planet? Namun jika menilik ukuran yang kecil, Sedna bukanlah planet. Demikian pula bila ditinjau dari orbitnya yang sangat lonjong dan tidak sama dengan orbit planet umumnya. Sementara bila ditinjau dari ukuran, komposisi kimia dan orbit dari Sedna, maka Sedna cenderung memiliki sifat ke arah yang sama dengan komet. Mungkin karena jarak perihelion-nya yang sangat jauh (76 kali jarak Bumi-Matahari), maka Sedna tidak tampak berekornya. Tapi untuk menyimpulkan Sedna adalah komet perlu informasi lebih lanjut. Sedna merupakan suatu planet adalah kesimpulan yang terlalu dini.
Kita tunggu saja informasi selanjutnya dari teleskop-teleskop ruang angkasa yang dikirim oleh negara-negara adidaya, sehingga membuka pandangan para astronom lebih jauh untuk menyimpulkan apakah Sedna adalah planet atau bukan.***
Sumber : Pikiran Rakyat (29 April 2004)